Hai...
Ini tuh sebenernya tugas sekolahku, di sini aku diminta buat beropini tentang sesuatu, bebas sih mau pilih tema apa. Awalnya aku bingung mau beropini tentang apa, kulihat temen-temenku pada ambil topik lingkungan, kebersihan, korupsi, gak jauh-jauh dari itu. Dan menurutku itu membosankan, aku gak tertarik sama sekali. Aku dapet ide buat ambil topik musik ini berawal dari merhatiin temen-temenku yang suka ngikutin musik kesukaan orang lain, ya mungkin karena emang kita masih remaja labil yang belum punya jati diri ya, jadinya ngikut sana ngikut sini hehe. Aku gak nyangka loh waktu aku ngepresentasiin artikel ini di depan kelas lumayan dapet apresiasi dari guru dan temen-temenku, apalagi topiknya yang emang unik dan agak menyindir 😆
Yaudah deh yuk langsung baca aja!
Banyak
orang menganggap bahwa musik adalah bagian penting dalam hidup mereka.
Hampir tidak ada orang yang tidak suka musik. Betapa pentingnya peran
musik dalam kehidupan ini. Musik bisa menjadi teman terbaik kita dalam
menjalankan aktivitas. Ya, karena hidup tanpa musik itu pasti
membosankan. Bayangkan saja apa yang terjadi jika dunia tanpa musik.
Kehidupan ini pasti sangat sepi tanpa hentakan drum, petikan gitar, dan
alat musik lainnya. Jadi, apakah berlebihan jika musik dikatakan bagian
penting dalam hidup seseorang?
Setiap
orang pasti mempunyai selera musik masing-masing. Ada yang menyukai
musik klasik karena ketenangan dan kedamaian yang dimunculkan dari musik
tersebut, ada yang menyukai musik keras karena dianggap mampu
menimbulkan eforia tertentu bagi yang mendengarnya, ada juga yang
menyukai musik dangdut karena iramanya yang ceria dan membuat
pendengarnya terkesan santai. Selain itu, musik juga mampu membuat
seseorang bisa merasakan moment-moment tertentu. Misalnya, seseorang
bisa menjadi sangat melankolis karena mendengarkan musik yang
mengingatkannya pada masa lalu. Tapi terkadang pula, musik juga bisa
membuat seseorang yang tadinya tidak bersemangat, justru menjadi sangat
ceria dan tidak lagi putus asa.
Musik
adalah hal pertama yang dicari seseorang saat hatinya sedang kacau,
sedih, sepi, maupun senang. Ya, tentu saja musik yang dicari pertama
kali, karena musik dengan lirik lagunya yang “gue bangets” itu mampu
menambah dan menghidupkan suasana hati. Yang riang makin riang dan yang
sedih makin tersayat-sayat. Dengan kata lain, musik dalam hal ini bisa
dikatakan sebagai sesuatu yang menghidupkan dan melengkapi suasana hati
seseorang. Selain menghidupkan dan melengkapi suasana hati seseorang,
musik juga bisa menghidupkan suasana dalam arti sebenarnya. Misalnya,
sebuah acara pesta seperti ulang tahun akan terasa semakin meriah dengan
kehadiran musik.
Nah,
selain sebagai bagian dari hidup seseorang, musik juga ternyata bisa
menjadi salah satu icon bagi gaya hidup seseorang atau suatu kelompok.
Misalnya saja, sering kita lihat anak punk dengan gaya punk yang juga
menyanyikan lagu punk. Atau anak rock n roll yang juga menyukai musik
rock n roll. Hal itu menandakan bahwa musik bukan hanya seni yang bisa
dinikmati oleh pecinta musik saja. Musik juga sangat memengaruhi gaya
hidup seseorang. Mungkin tepat juga apabila dikatakan “You are what you
listen..”. Musik dan gaya hidup saling bertautan dan keduanya cenderung
susah untuk dipisahkan. Apalagi dikalangan remaja jaman sekarang yang
sedang mencari jati diri, semakin banyak genre-genre musik yang ada,
akan semakin beraneka ragam juga gaya hidup atau ‘attitude’ yang muncul.
Berawal dari mencontek gaya berpakaian musisi idola, emosi dari musik
itupun sendiri bisa dijadikan pedoman. Lirik dan melodi yang disampaikan
bisa mempengaruhi seseorang dalam berperilaku dan berpikir, sehingga menimbulkan sebuah gaya hidup atau
‘attitude’ tersendiri. Dengan adanya kesamaan gaya hidup dan kesukaan
musik, kemudian secara otomatis membentuk komunitas tersendiri. Namun
sekarang ini, komunitas yang pada awalnya terbentuk berdasarkan tujuan
dan kesukaan musik yang sama, kini makin melebar karena di cap dengan
“yang lagi nge-trend”. Banyak remaja sekarang yang melihat komunitas
musik yang ada sekarang ini sebagai ajang pergaulan. Berusaha masuk ke
dalam komunitas bukan karena menyukai musik itu dari awal, tapi
cenderung “ikut-ikutan” dan merasa “keren” apabila bisa masuk ke dalam
sebuah komunitas. Remaja yang seperti inilah yang justru tidak dapat
menemukan identitasnya sendiri karena hanya ikut-ikutan saja.
Jaman
sekarang banyak remaja yang menyebut diri mereka “anti mainstream”
hanya untuk dibilang keren. Padahal kalau diperhatikan remaja jaman
sekarang cuma ikut-ikutan saja supaya dibilang keren, dan dibilang beda
sama yang lain. Sebenarnya mereka semua cuma ikut-ikutan sama apa yang
lagi musim. Misalnya dulu banyak yang tidak suka sama musik-musik cadas
seperti metal, punk, hardcore, dan lain-lain.
Tapi
jama sekarang “ngerti atau gak ngerti” sama musiknya yang penting
kelihatan keren di depan orang lain, dan banyak pula remaja sekarang
yang bikin band cuma buat tenar saja, tapi biasanya band yang mereka
bikin ada masanya. Waktu genre musik yang mereka bawakan sudah “gak
musim” lagi, mereka ada yang pindah genre musik, atau mungkin malah
bubar.
Generasi
“ikut-ikutan” ini biasanya juga dipengaruhi oleh teman-teman
disekitarnya. Remaja yang awalnya penyuka musik-musik pop punk semacam
Blink-182, Simple Plan dan yang “ringan-ringan”, yang tidak perlu
headbang atau moshing saat mendengarkan jenis musik seperti itu, bisa
saja berubah 180 derajat dari genre pop punk ke reggae hanya karena
“ikut-ikutan” teman. Terkadang sampai merubah semua profil dan tampilan
di page social networknya dengan tema merah, kuning, dan hijau yang
lebih mirip dengan lampu lalu lintas. Ditambah lagi dengan gaya
berdandan yang ‘sok-sok an’ menjadi rastaman dengan modal hanya
“ikut-ikutan” teman.
Ketika
musik yang mendominasi adalah metal, banyak remaja yang ikut berubah
menjadi ‘metal’. Bahkan fenomena ini sangat sering terjadi di social
network yang sering menyarankan penggunanya untuk memaparkan biografi
para penggunanya seperti twitter, myspace, dan facebook. Contohnya saja
dalam penulisan username pada social network yang menggunakan
embel-embel berbau metalhead dan kata-kata ‘seram’. Bagus sih kalau apa
yang dipaparkan sesuai dengan apa yang dijalani sehari-hari dan apa yang
mereka yakini. Tapi kalau yang tertulis di social network tersebut
hanyalah sekedar kedok untuk terlihat keren dan hanya mengikuti
perkembangan genre musik, it’s just a damn bullshit! Apalagi dengan
kedok yang menamakan dirinya sebagai metal-head, metal-kids, dan
metal-apalah itu yang mungkin bertujuan agar terlihat ‘metal’ dimata
orang lain.
Dengan
adanya berbagai genre musik, pasti akan lahir pula berbagai macam gaya
hidup yang mengarah pada genre-genre musik tertentu. Contohnya saja,
banyak orang yang memaknai arti kata ‘rock n roll’ dengan pemahaman yang
salah yang mengarah pada suatu penyimpangan dan suatu pencitraan yang
buruk. Pada dasarnya, remaja yang mengaku ‘rock n roll’ harus minum
minuman keras, nge-drugs, dan lain-lain yang mengarah pada penyimpangan
hidup. Biasanya remaja yang mendedikasikan dirinya ‘rock n roll’ akan
berpenampilan ‘sangar’ dan acak-acakan dengan atribut yang
‘seram-seram’. Sebenarnya, selain sebuah genre musik, rock n roll juga
bisa diterapkan di kehidupan sehari-hari, yang tentu saja jauh dari kata
‘sangar’ dan ‘seram’ itu. Rock n roll tidak harus mapan, dan tidak
selamanya dilihat dari penampilan. Rock n roll itu apa adanya, tidak
harus gondrong, tidak harus memakai celana belel, dan tidak harus selalu
dengan musik cadas. Rock n roll
itu tidak ada batasan dan orang yang bersikap rock n roll tidak mesti
harus ditunjukkan, rock n roll itu universal, karena sebenarnya hidup
kita itu rock n roll. Kenapa? Ya..seperti namanya, rock itu artinya batu
yang maksudnya keras, sedangkan roll itu artinya berputar yang
maksudnya hidup itu selalu berputar. Intinya sih, hidup kita ini keras
dan selalu berputar.
Akan
tetapi, tidak semua gaya hidup yang berpedoman pada genre musik juga
patut untuk ditiru. Jika gaya hidup yang ditawarkan bersifat negatif,
tidak ada salahnya kok jika kita menghindari cara hidup seperti itu
tanpa perlu menghindari genre musiknya juga. Jadi, pandai-pandai memilih
saja musik mana yang baik untuk didengarkan, dinikmati, dan dijadikan
gaya hidup yang sesuai dengan kepribadian kita sendiri. Jangan
sembarangan memilih genre musik hanya karena “ikut-ikutan” orang lain
tanpa mengenal dan mengetahui lebih jauh sejarah genre musik yang di
ikuti tersebut.
So?