Makalah : Prinsip Pengembangan Kultivar

 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Benih ataupun bibit, sebagai produk akhir dari suatu program pemuliaan tanaman, yang pada umumnya memiliki karakteristik keunggulan tertentu, mempunyai peranan yang vital sebagai penentu batas-atas produktivitas dan dalam menjamin keberhasilan budidaya tanaman. Sampai saat ini, upaya perbaikan genetik tanaman di Indonesia masih terbatas melalui metode pemuliaan tanaman konvensional, seperti persilangan, seleksi dan mutasi, dan masih belum secara optimal memanfaatkan aneka teknologi pemuliaan modern yang saat ini sangat pesat perkembangannya di negara-negara maju. Tujuan pemuliaan masih berkisar pada upaya peningkatan produktivitas, ketahanan terhadap hama dan penyakit utama dan toleransi terhadap cekaman lingkungan (Al, Fe, kadar garam, dll), pemuliaan kearah karakter kualitas paling sering dijumpai pada komoditas hortikultura Pada umumnya, kegiatan pemuliaan di Indonesia masih didominasi oleh lembaga- lembaga pemerintah, sedangkan pihak swasta masih terbatas dalam upaya propagasi (perbanyakan) tanaman dan relatif sedikit yang sudah mengembangkan divisi R & D-nya. Riset pemuliaan molekuler masih sangat terbatas. Pemberlakuan UU No. 29 tahun 2000, yang memberikan perlindungan dan hak khusus bagi pelaku riset pemuliaan, memberi peluang untuk berkembangnya industri perbenihan kompetitif yang berbasis riset pemuliaan.

Dua dekade lagi, kira-kira pada tahun 2025, negara kita diprediksikan akan dihuni oleh penduduk yang mencapai sekitar 273 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 0.9%sampai 1.3 % per tahun (BPS, 2007). Adanya jumlah penduduk yang sangat besar menyebabkan kebutuhan akan pangan menjadi meningkat, terutama terhadap beras, ditambah dengan adanya beragam permasalahan krusial lainnya yang terkait erat dengan bidang pertanian, seperti (diantaranya): produksi beberapa komoditas yang masih belum mencukupi kebutuhan/stok dalam negeri (misalnya padi, kedelai dan jagung), adanya penurunan produktivitas lahan, tingginya laju konversi lahan pertanian ke non-pertanian (sekitar 50 ribu ha per tahun), angka kemiskinan (berkisar 16%; BPS, 2006) dan pengangguran yang masih cukup tinggi (10%; BPS, 2007), serta terjadinya degradasi kualitas sumber daya alam akibat dari proses pembangunan yang tidak ramah lingkungan. Dengan beragamnya permasalahan yang ada, bila tanpa diimbangi dengan upaya-upaya yang strategis dan komprehensif dalam mengatasinya, maka akan menyebabkan permasalahan menjadi makin kompleks, yang salah satunya dapat berakibat pada melemahnya program ketahanan pangan dan pada gilirannya akan membawa implikasi pada bidang sosial, ekonomi, bahkan politik di tanah air. Oleh karena itu, upaya yang serius dalam membangun pertanian menjadi hal yang mutlak dilakukan.

Pencanangan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPKK) beberapa waktu lalu oleh pemerintah, sebagai program dalam rangka pengurangan kemiskinan, pengangguran dan peningkatan daya saing bangsa, membawa harapan baru bagi upaya pembangunan pertanian (arti luas) yang komprehensif, mandiri, inovatif serta mampu mensejahterakan petani dan stake holders lainnya. RPKK yang di dalamnya mencakup pembangunan ketahanan pangan, secara eksplisit menjabarkan langkah- langkah kebijakan operasionalnya, yang diantaranya meliputi peningkatan produksi pangan domestik meliputi kuantitas, kualitas dan keragamannya (RPKK, 2005). Terkait dengan hal di atas dan terlebih mengingat bahwa Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi, salah satu strategi yang sangat potensial dalam rangka meningkatkan produktivitas, kualitas serta daya saing komoditas tanaman adalah melalui pendekatan pemuliaan tanaman. Melalui kegiatan pemuliaan, diharapkan dapat dihasilkan beragam kultivar unggul baru, selain memiliki produktivitas yang tinggi, juga memiliki beberapa karakter lain yang mendukung upaya peningkatan kualitas dan daya saing. Pemuliaan tanaman sendiri didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan penelitian dan pengembangan genetik tanaman (modifikasi gen ataupun kromosom) untuk merakit kultivar/varietas unggul yang berguna bagi kehidupan manusia.

1.2 Tujuan

- Untuk mengetahui pengertian kultivar

- Untuk mengetahui tipe-tipe kultivar

- Untuk mengetahui pengembangan kultivar secara aseksual

- Untuk mengetahui pengembangan kultivar secara seksual atau penyerbukan sendiri

- Untuk mengetahui pengembangan varietas multilini 


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kultivar

Kultivar secara sederhana adalah jenis tanaman yang telah ditanam dan dibesarkan oleh manusia. Kultivar dibuat ketika orang mengambil spesies tanaman dan membiakkannya untuk karakteristik tertentu, seperti rasa, warna, atau ketahanan terhadap hama. Tanaman dibiakkan dengan sengaja sampai sifat yang diinginkan menjadi sangat kuat dan terlihat. Ada ratusan kultivar dari satu spesies, contohnya brokoli. Namun, harus berhati-hati agar tidak salah mengartikan kultivar sebagai varietas, yang merupakan versi alami dari tanaman tersebut. Salah satu cara untuk membedakan suatu kultivar dari suatu varietas adalah dengan melihat nama ilmiahnya. Kultivar memiliki aturan penamaan yang sangat spesifik. Ini pertama memiliki genus dan spesies dalam huruf miring, diikuti dengan nama kultivar dalam tanda kutip tunggal. Sebagai contoh, berikut adalah nama varietas apel Granny Smith: Malus domestica ‘Granny Smith’. Jika namanya tidak dieja seperti ini, itu bukan kultivar.

Kultivar adalah pengelompokan dasar, atau takson (= kulton), untuk varietas yang dibudidayakan. Kata kultivar diciptakan oleh L. H. Bailey pada tahun 1923 dan sekarang umum digunakan. Penamaan kultivar diatur oleh Kode Nomenklatur Internasional untuk Tanaman yang Dibudidayakan (ICNCP), versi saat ini yang diterbitkan pada tahun 1995. Versi baru harus segera diterbitkan. Ini adalah sistem terpisah dari yang digunakan untuk tanaman liar, Kode Internasional Nomenklatur Botani (ICNB). “Dengan tanaman yang dibudidayakan adalah tumbuhan yang dibudidayakan dalam budidaya yang cukup berbeda dari nenek moyang mereka atau, jika dibawa ke budidaya dari alam liar, cukup layak dibedakan dari populasi liar untuk tujuan hortikultura untuk mendapatkan nama-nama khusus”. W. T. Stearn (1986)

Peringkat kultivar (ICNCP) tidak sama dengan variasi kategori atau bentuk di ICBN. Nama kultivar hanya dapat diberikan kepada tanaman yang dibudidayakan yang asalnya atau pilihannya terutama karena tindakan yang disengaja manusia. Bentuk-bentuk normal tanaman yang dibawa dari alam liar ke budidaya tetap menggunakan nama yang sama (ICBN) dan bentuk-bentuk tanaman yang sama yang dipelihara semata-mata oleh praktik budidaya tidak memenuhi syarat untuk status kultivar. Penting untuk dicatat bahwa tidak semua tanaman dalam budidaya adalah kultivar, dan tidak semua kultivar dalam budidaya. Setara dengan tipe ICBN adalah standar. Ini biasanya termasuk spesimen herbarium dan deskripsi. Standar hanya dapat berupa deskripsi atau ilustrasi dan dalam kasus tanaman biji-bijian biasanya hanya berupa sampel benih.

2.2 Contoh Kultivar

Tanaman yang dapat dianggap sebagai kultivar contohnya meliputi :

• hibrida yang disengaja

• hibrida tak sengaja dalam budidaya

• seleksi dari stok budidaya yang ada

• seleksi dari varian dalam populasi liar dan dipelihara sebagai entitas yang dikenali semata-mata oleh perbanyakan terus menerus

Hibrida, yang dibuat secara seksual, dapat dipelihara secara aseksual atau dengan biji. Hibrida F1, yang perlu diciptakan kembali untuk setiap generasi baru, memenuhi syarat sebagai kultivar jika persilangan menghasilkan bentuk yang stabil dan dapat diulang.

Pilihan biasanya diperbanyak secara aseksual (dikloning) untuk mempertahankan bentuk tanaman tertentu. Klon dapat dibuat dengan berbagai cara. Sebagai contoh, mereka dapat diambil dari bagian tanaman yang menghasilkan kebiasaan pertumbuhan tertentu seperti ketika tanaman sujud berasal dari stek cabang lateral. Beberapa klon mempertahankan fase tertentu dari siklus hidup tanaman. Misalnya banyak kultivar Ficus dipilih dari bentuk daun remaja yang dipertahankan dalam keadaan remaja. Sumber umum dari kultivar baru adalah pertumbuhan menyimpang seperti variegasi daun.

2.3 Kultivar Tanaman

Tempat umum untuk menemukan kultivar adalah dengan melihat tanaman yang kita makan, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan tanaman lainnya. Seperti yang Anda lihat, apel Granny Smith sangat beragam. Faktanya, banyak jenis apel yang akan Anda lihat di toko kelontong, seperti Red Delicious, adalah kultivar Malus domestica.

Jenis tomat yang umum juga adalah kultivar Solanum lycopersicum. Ini termasuk tomat ceri, tomat Big Boy, dan tomat pusaka, di antara banyak lainnya. Beberapa kultivar tanpa biji, seperti anggur dan semangka tanpa biji, membuatnya sedikit lebih jelas bahwa mereka tidak muncul secara alami. Kultivar tanpa biji tidak dapat berkembang biak tanpa bantuan manusia.

Banyak kultivar dapat berkembang biak sendiri, tetapi mereka tidak harus mampu melakukannya untuk menjadi kultivar yang layak. Bahkan jika mereka dapat berkembang biak, kultivar yang ditanam dari biji tidak akan tetap setia pada tanaman induknya seperti varietas liar yang ditanam dari biji. Anda jauh lebih mungkin mendapatkan varietas tomat yang Anda inginkan jika Anda membeli bibit daripada jika Anda membeli paket benih. Banyak kultivar ditanam dengan sengaja di setiap generasi menggunakan stek atau metode lain, daripada mencoba menumbuhkan tanaman yang benar dari biji.

2.4 Kultivar Hias

Kultivar juga umum di antara tanaman hias. Ada sekitar 100.000 kultivar anggrek yang berbeda. Bunga dan tanaman hias dibiakkan untuk warna, ukuran, dan atribut lainnya dengan cara yang sama seperti tanaman tanaman dibiakkan. Apa pun jenis tanamannya, kultivar harus jelas unik dalam beberapa hal untuk menjadi kultivar resmi. Misalnya, Rosa damascena ‘Trigintipetala’ adalah kultivar mawar Damaskus yang menonjol karena warna merah jambu dan baunya yang khas. Ciri-ciri ini membedakannya dari kultivar mawar Damaskus lainnya. Ada banyak jenis pohon dan tanaman hias lainnya yang juga memiliki kultivar. Bahkan, jika tanaman memiliki nilai bagi manusia, baik sebagai hiasan atau sebagai makanan, kemungkinan besar tanaman itu memiliki setidaknya beberapa varietas.

BAB III

PENGEMBANGAN KULTIVAR SINTETIS

3.1 Kultivar Galur Murni (Pure Line Cultivars)

Dalam pertanian dan peternakan, galur yaitu sekelompok individu sejenis yang homozigo atau mendekati homozigot untuk satu atau gabungan karakteristik tertentu yang dipersiapkan menjadi penciri galur itu. Dampak kondisi genotipe tersebut, penampilan luar (fenotipe) galur akan seragam.

Galur mampu diwujudkan melewati perkawinan kerabat secara berjalin-jalin. Galur-galur akan sangat cepat terbentuk apabila suatu spesies mampu memainkan selfing ("perkawinan sendiri"), kebanyakan pada generasi ke-6 atau ke-7 setelah selfing berulang-ulang. Semakin tidak jauh hubungan kekerabatannya, semakin cepat galur-galur terbentuk.

Galur murni mampu terjadi apabila perkawinan dalam suatu galur sela dua individu menghasilkan keturunan dengan penampilan standar yang sama dengan kedua tetuanya. Dalam perhewanan, galur murni yang memiliki catatan silsilah mampu disebut sebagai trah, misalnya seperti yang dipraktekkan dalam kinologi. Dalam pemuliaan tanaman, galur murni mampu menjadi yang dipersiapkan menjadi kultivar baru maupun menjadi yang dipersiapkan menjadi tetua sumber dalam pembentukan varietas hibrida atau varietas sintetik.

3.2 Kultivar Bersari Bebas (Open Pollinated Cultivars)

Varietas bersari bebas adalah varietas yang benihnya diambil dari pertanaman sebelumnya, atau dapat dipakai terus-menerus dari setiap pertanamannya dan belum tercampur atau diserbuki oleh varietas lain. Benih yang digunakan tentunya berasal dari tanaman atau tongkol yang mempunyai ciri-ciri dari varietas tersebut. Berdasarkan bahan penyusunnya, varietas bersari bebas dibedakan menjadi varietas komposit dan varietas sintetik.

3.2.1 Varietas Komposit (Composite Cultivars)

Varietas komposit adalah varietas yang berasal dari campuran lebih dari dua varietas yang telah mengalami persilangan bebas/acak (random mating) minimum lima kali. Contoh : varietas Harapan, Bogor Composit-2, Bogor BMR-4, dan Wonosobo Composit.

3.2.2 Varietas Sintetik (Sinthetic Cultivars)

Varietas Sintetik adalah varietas yang berasal dari campuran beberapa galur murni yang telah mengalami penyerbukan sendiri (selfing) minimal satu kali penyerbukan. Contoh : varietas Harapan, Permadi, dan Bogor Sintetik-2.

Suatu varietas bersari bebas yang sudah dilepas dianggap sudah mencapai keseimbangan genetik (genetic equilibrium), artinya frekuensi allel dan genotipe yang dihasilkan selalu sama dari generasi ke generasi. Agar varietas tersebut tidak berubah maka keseimbangan genetik dari varietas tersebut jangan terggangu.

Susunan genetik varietas tersebut tidak akan berubah apabila dipenuhi beberapa hal sebagai berikut :

a. Varietas tersebut ditanam dalam jumlah yang banyak. Minimal jumlah tanaman tidak kurang dari 400 tanaman, lebih banyak lebih baik. Bila varietas tersebut ditanam dalam jumlah hanya 100 tanaman, maka kemungkinan varietas tersebut akan mengalami kemunduran dalam sifat-sifatnya karena adanya tekanan inbreeding sebesar 0,50%. Bila hanya ditanam 200 tanaman, faktor inbreedingnya sebesar 0,25%.

b. Terjadinya perkawinan acak (random mating), artinya terjadi perkawinan bebas secara alami di lahan pertanaman.

c. Tidak ada seleksi ke arah perubahan sifat-sifat tertentu. Adanya seleksi akan mengubah beberapa variabel dan nilai rata-rata suatu sifat. Karena itu perlu dilakukan seleksi negatif, seperti halnya membuang tanaman yang menyimpang.

d. Tidak terjadi migrasi atau pencampuran varietas lain. Pertanaman harus terisolasi dari kemungkinan tercampur dengan varietas lain.

e. Tidak terjadi mutasi. Kalaupun ada mutasi, kemungkinannya sangat kecil.

3.3 Kultivar Hibrida (Hybrid Cultivars)

Dalam pertanian, varietas hibrida adalah kultivar yang adalah keturunan langsung (generasi F1) dari persilangan antara dua atau semakin populasi suatu spesies yang berlainan latar belakangan genetiknya (disebut populasi pemuliaan atau populasi tangkaran). Syarat populasi pemuliaan sebagai mampu dipakai sebagai tetua dalam varietas hibrida adalah homogen dalam penampilan (fenotipe) namun tidak perlu homozigot. Persilangan sebagai penciptaan varietas hibrida mampu terjadi pada pemuliaan tanaman maupun pemuliaan binatang.

Varietas hibrida diproduksi sebagai mengambil definisi dari munculnya kombinasi yang berpihak kepada yang benar dari tetua-tetua yang dipakai. Keturunan persilangan langsung antara dua tetua yang berlainan latar belakangan genetiknya mampu menunjukkan penampilan fisik yang semakin kuat dan semakin memiliki potensi hasil yang melebihi kedua tetuanya. Gejala ini dikenal sebagai heterosis dan adalah dasar bagi produksi beragam kultivar hibrida, seperti jagung, padi, kelapa, sawit, kakao, dan beragam jenis tanaman sayuran seperti tomat, mentimun, dan cabai. Heterosis membuat kultivar hibrida memiliki kekuatan tumbuh (vigor) yang semakin tinggi, relatif semakin tahan penyakit, dan potensi kemudiannya semakin tinggi. Heterosis hendak muncul kuat apabila kedua tetuanya relatif homozigot dan memiliki latar belakangan genetik yang relatif jauh (tidak banyak memiliki kesamaan alel). Khusus dalam pembuatan kelapa hibrida, gejala heterosis tidak dimanfaatkan, tetapi dua sifat berpihak kepada yang benar dari kedua tetua yang tergabung pada keturunannya dimanfaatkan.

Benih varietas hibrida adalah benih yang dihasilkan secara hati-hati dalam ronde yang terkait yang terkendali. Berlainan dengan benih biasa yang dihasilkan secara penyerbukan terbuka oleh angin maupun serangga sehingga sumber serbuk sarinya bisa datang dari mana saja, termasuk dari luar kawasan pertanian. Bila benih hibrida yang ditumbuhkan petani bersifat fertil dan mampu menghasilkan benih, benih yang dihasilkan tersebut tidak dikategorikan sebagai benih hibrida karena mungkin sudah merasakan apa yang disebut dengan pencemaran genetika karena penyerbukan tidak dilakukan pada ronde yang terkait yang terkendali.

Pemanfaatan varietas hibrida dinilai penting demi memberi makan seluruh manusia di bumi yang banyaknya terus berkembang. Menurut pandai Siswono Yudo Husodo, Indonesia menghabiskan kebanyakan uang sampai US$ 10 miliar per tahun sebagai mengimpor bahan pangan ketika sebenarnya mampu melaksanakan riset sebagai mengembangkan varietas yang memiliki produktivitas tinggi.

3.4 Kultivar Multilini (Multiline Cultivars)

Kultivar multilini merupakan campuran/gabungan dari sejumlah kultivar berbeda. Tiap genotip dalam campuran setidaknya sejumlah 5% dari total benih. Kultivar multilini juga tergolong tanaman menyerbuk sendiri. Tujuan dari adanya kultivar multilini yaitu untuk meningkatkan ketahanan. Dalam menghadapi penyakit, sifat tahan biasanya dikendalikan oleh banyak gen/poligen.

3.5 Kultivar Klon (Clonal Cultivars)

Klon adalah suatu kelompok tanaman dalam suatu jenis spesies tertentu yang diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan organ tanaman tertentu dan kelompok tersebut memiliki sifat penciri tertentu yang berbeda dengan sifat yang dimiliki oleh kelompok tanaman lain yang juga diperbanyak secara vegetatif pada jenis yang sama. Karena diperbanyak secara vegetatif maka tingkat keseragaman genetik suatu klon tinggi dan sama dengan induknya. Kalau terjadi ketidak stabilan sifat suatu klon bukan karena faktor genetik, akan tetapi karena adanya perbedaan antar lokasi penanaman.

BAB IV

PENGEMBANGAN KULTIVAR SECARA ASEKSUAL

Pengembangbiakan tanaman merupakan proses peningkatan jumlah tanaman dari spesies atau kultivar tertentu. Pengembangbiakan tanaman dapat dilakukan secara seksual dan aseksual. Metode pengembangbiakan tanaman aseksual menghasilkan tanaman baru dari bagian vegetatif tanaman asal seperti daun, batang dan akar. Metode ini pada umumnya disebut perbanyakan vegetatif. Beberapa tanaman dapat bereproduksi dengan cara vegetatif ini secara alami, tetapi dapat juga diinduksi secara buatan.

Keuntungan utama dari metode perbanyakan vegetatif adalah tanaman baru mengandung materi genetik hanya dari satu tanaman indukmya, sehingga tanaman baru merupakan klon dari tanaman induk. Metode vegetatif ini penting terutama untuk tujuan komersial untuk memperbanyak tanaman dengan kualitas tinggi dan menjamin konsistensi varietas tanaman untuk dihasilkan. Selain itu, dapat juga membantu mempertahankan kualitas yang konsisten dalam produk-produk tanaman atau tanaman pangan. Misalnya dalam perkebunan teh, perbanyakan tanaman baru menggunakan stek untuk menjamin konsistensi rasa dan kualitas tehnya. Keuntungan lain perbanyakan vegetatif adalah tanama tidak melewati tahap bibit imatur sehingga mencapai tahap matang dengan cepat. Hal ini dapat menghemat waktu dan biaya untuk produksi tanaman komersial. Misalnya, dibutuhkan waktu sekitar 3-4 tahun untuk menumbuhkan tanaman teh dari stek untuk siap untuk pemanenan dan pemrosesan menjadi teh, sedangkan pertumbuhan tanaman dari biji memakan waktu jauh lebih lama.

Kesamaan genetik dari proses perbanyakan secara vegetative memudahkan proses budidaya, namun demikian jika klon tanaman tertentu rentan terhadap penyakit tertentu akan ada potensi kerusakan dan musnahnya tanaman secara keseluruhan. Oleh karena itu pemeliharaan variasi genetik harus dilakukan dengan campur tangan manusia, Salah satu cara untuk melindungi mengatasi masalah ini adalah mendirikan bank genetik benih atau tanaman (koleksi plasma nutfah) yang merupakan praktik umum di berbagai sektor tanaman pangan.

4.1 Pengembangbiakan Aseksual Alami

Pengembangbiakan aseksual alami atau biasa disebut perbanyakan vegetatif alami terjadi jika tunas aksilar tumbuh menjadi pucuk lateral dan mampu mengembangkan akarnya sendiri (akar adventif). Struktur-struktur tanaman yang memungkinkan digunakan untuk perbanyakan vegetatif alami meliputi umbi lapis, rhizoma/akar rimpang, geragih/stolon, umbi batang, daun dan tunas/anakan.

a. Umbi lapis merupakan lapisan daun berdaging dan berfungsi sebagai cadangan makanan. Umbi lapis seperti bawang merah membentuk tunas lateral dari basal umbi lapis induk yang menghasilkan umbi lapis baru yang lebih kecil atau selanjutnya menjadi tunas lateral.

b. Rhizoma adalah batang seperti akar yang tumbuh horizontal di dalam tanah. Rhizoma mempunyai nodus dan internodus pendek. Akar dan pucuk baru terbentuk pada nodus yang tumbuh ke atas membentuk tanaman baru. Tunas lateral tumbuh keluar membentuk rhizoma baru. Rhizoma digunakan untuk perbanyakan tanaman jahe, kunyit, lengkuas dan asparagus.

c. Stolon atau runner adalah batang horizontal yang tumbuh di atas tanah, misalnya strawberi. Tanaman kecil terbentuk sepanjang stolon dan akar jika tanaman menyentuh tanah. Ketika hubungan dengan tanaman induk lepas maka tanaman baru menjadi independen. Tumbuhan yang berkembang biak dengan stolon adalah strawberi, pegagan dan rumput teki.

d. Umbi batang merupakan bagian batang yang menggembung yang tumbuh di dalam tanah. Umbi ini menyimpan cadangan makanan sehingga tanaman dapat dorman sepanjang musim dingin.

e. Tunas aksilar (mata tunas), terbentuk di atas permukaan pada umbi dan menghasilkan pucuk-pucuk yang tumbuh menjadi tanaman baru pada musim berikutnya. Tumbuhan yang berkembang biak dengan umbi batang adalah kentang dan ubi jalar. Perbanyakan vegetatif dengan tunas artinya tunas dari tumbuhan induk tumbuh menjadi tumbuhan baru. Tunas tumbuh dari pangkal tumbuhan induk dan menjadi tumbuhan baru. Jarak tunas baru berdekatan dengan tumbuhan induk sehingga membentuk rumpun. Tumbuhan yang berkembang biak dengan tunas adalah pohon pisang, bambu dan tebu. Beberapa tumbuhan juga berkembangbiak dengan tunas adventif. Tunas adventif tumbuh pada bagian tepi daun atau akar tumbuhan. Tumbuhan yang berkembang biak dengan tunas adventif pada akar adalah sukun dan kesemek, sedangkan yang dari daun adalah cocor bebek.

4.2 Pengembangbiakan Aseksual Buatan

Tujuan perkembangbiakan aseksual buatan ini adalah untuk mendapatkan tumbuhan yang memiliki mutu tinggi, antara lain dari buahnya yang banyak, akarnya yang kuat, dan ketahanan terhadap penyakit. Teknik-teknik aseksual buatan bisa menghasilkan varietas baru yang lebih unggul daripada induknya. Terdapat beberapa macam perkembangbiakan aseksual buatan. Berikut ini macam-macam perkembangbiakan aseksual buatan pada tumbuhan dan contohnya.

a. Mencangkok

Mencangkok merupakan salah satu cara paling mudah untuk memperbanyak tumbuhan. Tujuan dari mencangkok adalah untuk mendapatkan keturunan yang lebih bermutu dari suatu tumbuhan dan dapat memperoleh tumbuhan yang berbuah lebih cepat serta mutu produksi sama serta induknya. Sedangkan kekurangan dari mencangkok adalah tumbuhan hasil cangkokan mudah roboh karena hanya memiliki akar serabut saja. Cara mencangkok adalah sebagai berikut :

• Tandai bagian yang akan dicangkok

• Buat sayatan melingkar sepanjang 3 – 5 cm, di bagian bawah kuncup daun.

• Hilangkan kambium dan lendir serta pisau, kemudian keringkan selama 2 – 5 hari.

• Tutup bekas sayatan serta campuran tanah dan pupuk.

• Bungkus bekas sayatan serta plastik berlubang atau sabut kelapa. Selama ditutup, sirami secara teratur bagian nan dibungkus tadi hingga akarnya tumbuh cukup banyak.

• Buka pembungkusnya.

• Potong ranting pada bagian bawah pembungkusnya.

• Ranting yang sudah berakar dipindahkan dan ditanam di dalam pot tersendiri. Tumbuhan hasil cangkokan dapat terus tumbuh sebagai tumbuhan baru.

b. Mengenten (Menyambung)

Mengenten atau menyambung dilakukan serta cara menyambung pucuk tumbuhan serta batang tumbuhan lain. Pucuk diambil dari tumbuhan penghasil buah yang besar dan manis, bunga yang indah, atau daun yang menarik. Sedangkan batang bawah diambil dari tumbuhan berbatang kuat. Tumbuhan yang dapat disambung antara lain kopi, mangga, dan durian. Teknik menyambung ini bertujuan untuk memperoleh tumbuhan yang memiliki akar kuat, batang yang kokoh, serta rasa buah yang enak.

Cara mengenten adalah sebagai berikut :

• Setek

Setek adalah perkembangbiakan pada tumbuhan serta cara menanamkon potongan atau bagian dari tumbuhan. Bagian dari tumbuhan yang dapat ditanam berupa batang, tangkai, atau daun. Tidak semua tumbuhan dapat disetek. Contoh tumbuhan yang dapat disetek adalah singkong dan mawar. Singkong dapat disetek bagian batangnya, sedangkan mawar dapat disetek bagian tangkainya.

• Aseksual Buatan Metode Pelapisan

Metode ini melibatkan pembengkokan cabang atau batang tumbuhan sehingga menyentuh tanah. Bagian cabang atau batang yang bersentuhan serta tanah kemudian ditutup serta tanah. Akar atau akar adventif yang memanjang dari struktur selain akar tumbuhan berkembang di bagian-bagian yang tertutup tanah dan tunas yang menempel (cabang atau batang) serta akar baru dikenal sebagai lapisan. Proses pelapisannya sebenarnya terjadi secara alami. Campur tangan manusia terjadi hanya ketika membengkokkan batang pohon yang diinginkan untuk tumbuh menjadi berakar sampai kemudian bisa dipisahkan dari induk batangnya lalu ditanam di tempat yang terpisah. Caranya, cabang pohon yang terpilih dikikis dan ditutup serta plastik untuk mengurangi hilangnya kelembaban. Setelah itu ditanam di dalam tanah. Akar baru akan berkembang di tempat cabang dikerok. Setelah beberapa waktu, cabang dikeluarkan dari dalam tanah dan dipotong dari induknya kemudian ditanam.

• Aseksual Buatan Teknik Pengisap

Pengertian aseksual buatan teknik pengisap ini merujuk kepada perilaku utama calon tumbuhan baru. Metode pembiakannya dilakukan serta cara menempelkan cabang pohon calon tumbuhan baru pada tumbuhan induk. Karena terlalu banyak anakan dapat menyebabkan ukuran tumbuhan lebih kecil, jumlah yang berlebih akan dipangkas. Anakan yang sudah siap, dipisah dari induk tumbuhan, dipotong dari tumbuhan induk dan dipindahkan ke area baru. Penamaan teknik ini memang unik, perilaku calon tumbuhan baru mirip serta parasit yang mengambil dulu nutrisi dari tumbuhan induk sampai dewasa, kemudian dipindahkan ke area baru.

• Aseksual Kultur Jaringan

Teknik ini merupakan teknik pembiakan sel tumbuhan yang dapat diambil dari berbagai bagian tumbuhan induk. Jaringan ditempatkan dalam wadah yang disterilkan dan dipelihara dalam media khusus sampai terbentuk massa sel yang disebut jaringan kalus. Kalus kemudian dibiakkan dalam media yang sarat hormon penumbuh tumbuhan dan akhirnya berkembang menjadi planlet. Planlet adalah hasil perkembangan kalus yang telah nampak seperti tumbuhan aslinya, memiliki daun, batang, dan akar yang jelas. Saat ditanam, planlet yang sudah matang bisa tumbuh menjadi tumbuhan yang subur.

BAB V

PENGEMBANGAN KULTIVAR PENYERBUKAN SENDIRI

Pengembangbiakan tanaman dibagi menjadi dua, yaitu secara seksual dan aseksual atau penyerbukan sendiri. Perkembangbiakan secara seksual dilakukan melalui perkawinan antara jantan dan betina atau pembuahan. Perkembangbiakan secara seksual disebut juga perbanyakan tanaman secara generatif. Reproduksi secara generatif umumnya terjadi pada tumbuhan berbiji (Spermatophyta), baik yang berbiji tertutup (Angiospermae) maupun berbiji terbuka (Gymnospermae). Alat reproduksi pada perkembangbiakan generatif adalah bunga. Bunga pada tumbuhan berfungsi sebagai alat pembentukan sel-sel kelamin, baik kelamin jantan (benang sari) maupun kelamin betina (putik). Kedua sel kelamin tersebut akan menyatu untuk membentuk biji. Perbanyakan tanaman secara generatif ini kadang disebut juga perbanyakan yang paling mudah. Hal itu karena proses penanamannya sangatlah mudah sebab biji dapat berkembang secara alami di alam. Dengan cara ditanam baik itu ditanah, rockwoll (hidroponik), ataupun lainnya.

Kelebihan perbanyakan secara generatif yaitu pembibitannya dapat dilakukan mudah serta biaya pembibitan akan lebih efisien. Sistem perakarannya akan kuat. Dapat menghasilkan varietas baru. Mempunyai umur produktif yang lebih lama jika dibandingkan dengan perbanyakan tanaman secara vegetatif. Sedangkan kekurangan dari perbanyakan secara generatif yaitu kebanyakan benih tidak mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Pertumbuhannya relatif lambat. Menghasilkan banyak benih tanaman yang banyak dengan sifat yang beragam.

Perkembangbiakan tumbuhan secara seksual dibagi menjadi dua, yaitu pada tumbuhan tingkat rendah dan tumbuhan tingkat tinggi. Tumbuhan tingkat rendah melakukan perkembangbiakan dengan cara konjugasi, isogami, anisogami, dan metagenesis. Sedangkan tumbuhan tingkat tinggi menggunakan alat kelamin berupa putik dan benangsari.

5.1 Perkembangbiakan Seksual Tumbuhan Tingkat Rendah

• Konjugasi

Dikutip dari buku Ensiklopedia Sains oleh Sri Winarsih, konjugasi merupakan perkembangbiakan secara kawin pada makhluk hidup yang belum jelas jenis kelaminnya. Contohnya adalah Spirogyra.

• Isogami dan Anisogami

Isogami merupakan perkembangbiakan seksual pada tumbuhan di mana sel kelamin jantan dan betina memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Contohnya adalah ganggang Ulotrich. Sedangkan anisogami merupakan kebalikan dari isogami, di mana sel kelamin jantan dan betina melebur dengan ukuran dan bentuk yang berbeda. Contohnya Oedogonium.

• Metagenesis

Metagenesis merupakan pergiliran keturunan. Perkembangbiakan seksual terjadi bergiliran dengan aseksual. Pada perkembangbiakan jenis ini, ada generasi yang menghasilkan alat kelamin dan generasi berikutnya akan menghasilkan spora.

5.2 Perkembangbiakan Seksual Tumbuhan Tingkat Tinggi

Cara perkembangbiakan tumbuhan secara seksual terjadi akibat pertemuan sel kelamin jantan dan kelamin betina. Pembuahan ini terjadi pada bunga. Sementara itu, pada tumbuhan berbiji, pembuahan hanya akan terjadi bila didahului oleh proses penyerbukan. Penyerbukan atau persarian adalah proses melekatnya atau sampainya serbuk sari ke kepala putik. Penyerbukan dapat terjadi melalui perantara maupun tanpa perantara. Penyerbukan karena adanya perantara dibantu oleh hewan, angin, air, atau manusia.

Sedangkan, penyerbukan tanpa perantara terjadi tanpa bantuan organisme atau benda lain. Apabila serbuk sari telah masak, maka akan langsung melekat pada kepala putik dengan sendirinya. Bunga yang mengalami penyerbukan belum tentu menghasilkan biji yang mengandung zigot. Zigot terbentuk jika penyerbukan diikuti dengan pembuahan. Pembuahan akan mengakibatkan kelopak bunga, mahkota bunga, dan benang sari akan layu dan gugur. Setelah itu, bakal biji akan berkembang menjadi biji yang menghasilkan individu baru.

BAB VI

PENGEMBANGAN VARIETAS MULTILINI

Varietas tahan hama selalu didambakan petani dan merupakan salah satu komponen penting dalam pengendalian hama secara terpadu, oleh karena itu pengadaannya perlu diupayakan terus. Varietas dengan ketahanan tunggal (vertical resistance) mudah patah oleh timbulnya biotipe hama baru. Karena itu perlu diupayakan untuk merilis varietas dengan ketahanan horizontal atau ketahanan ganda (multiple resistance) atau multilini.

Multilini adalah campuran beberapa galur komponennya, masing-masing dengan fenotipe yang sama tetapi dengan gen yang berbeda untuk ketahanan terhadap hama khusus. Pengembangan varietas multilini menyangkut suatu program pemuliaan yang luas untuk mengidentifikasi gen-gen ketahanan dan menyilang-balik galur-galur isogenik. Pendekatan ini telah dilakukan oleh Borlaug (1958) dengan cara menyatukan beberapa gen major ke dalam suatu isogenik, campuran lini-lini tersebut akan menyusun suatu varietas multilini. Strategi ini telah berhasil diterapkan dalam pemuliaan ketahanan oats terhadap Crown rust di Iowa, USA (Browning dan Frey, 1969 cit Pathak dan Kush 1979). Varietas multilini akan memberikan keragaman antara satu dengan yang lain dalam satu pertanaman sehingga akan mengurangi perkembangan hama. Cara ini merupakan suatu usaha untuk mengurangi kepekaan genetik yang biasa dialami oleh varietas dengan ketahanan vertikal.

Menghasilkan varietas multilini atau varietas dengan ketahanan horisontal bukanlah hal yang mudah, diperlukan transfer gen dari satu tanaman ke tanaman lain. butuh biaya dan tenaga yang banyak serta waktu yang lama. Karena itu tidak berlebihan jika disebutkan bahwa pelepasan varietas tahan hama selalu terlambat. Kecepatan menghasilkan varietas tahan hama jauh di bawah kecepatan perkembangan biotipe hama baru. Bahkan selagi pemulia bekerja untuk menghasilkan varietas tahan terhadap suatu biotipe hama, biotipe baru telah muncul pula. Sedemikian banyak dan cepatnya perkembangan hama biotipe baru sehingga pemulia dituntut untuk menghasilkan varietas tahan dalam waktu yang relatif singkat dan ketahanannya bersifat durable. Salah satu penyebab keterlambatan menghasilkan varietas baru adalah metode skrining untuk mengetahui “apakah suatu varietas telah memiliki gen-gen ketahanan atau belum”. Metode yang digunakan membutuhkan waktu 10 hingga 15 tahun. Selain itu, metode yang diterapkan terasa bertele-tele dan karena itu lebih membosankan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan metode skrining yang efektif dan cepat untuk : (1) mendapatkan sumber ketahanan, (2) mengetahui pola atau bentuk pewarisan gen, dan (3) mengetahui mekanisme ketahanan yang dibangun tanaman. Setelah informasi ini dipunyai, pemulia tanaman dapat memutuskan untuk menyatukan gen-gen ketahanan ke dalam satu genotype tertentu sehingga genotype tersebut memiliki ketahanan yang bersifat umum (horisontal) terhadap beberapa biotipe hama tertentu. Perakitan gen-gen ketahanan dapat dilakuan secara konvensional (Kush, 1997) maupun inkonvensional (Arus dan Moreno-Gonzalez, 1993, Liu et al., 2000, Witcombe dan Hash, 2000, Kush, 2002, Gupta et al., 2002, Bar, 2002).

Van der Plank (1963) cit Sutopo dan Saleh (1992) memberikan batasan umum ketahanan horizontal sebagai suatu tipe ketahanan nir-spesifik yang berlaku terhadap semua jenis biotipe dari suatu hama. Varietas multilini dengan tipe ketahanan demikian dapat diperoleh dengan cara mempersatukan beberapa gen ketahanan minor ke dalam suatu varietas dengan karakter agronomik yang unggul melalui pemuliaan konvensional (Kush, 1977) maupun inkonvesional (Arus dan Moreno-Gonzalez, 1993, Liu et al., 2000, Witcombe dan Hash, 2000). Ciri-ciri khusus ketahanan horizontal adalah : (1) biasanya memiliki tingkat ketahanan yang lebih rendah dibandingkan dengan tipe ketahanan vertikal, dan jarang didapat immunitas, (2) diwariskan secara poligenik dan dikendalikan oleh beberapa atau banyak gen, (3) pengaruhnya terlihat dari penurunan laju perkembangan epidemi.

Ketahanan horizontal disebut juga ketahanan kuantitatif. Tanaman yang memiliki ketahanan demikian masih menunjukan sedikit kepekaan terhadap hama tetapi memiliki kemampuan untuk memperlambat laju perkembangan epidemi. Secara teoritis, ketahanan horisontal efektif untuk semua biotipe suatu hama. Oleh karena itu, umumnya sulit dipatahkan meskipun muncul biotipe baru dengan daya serang yang lebih tinggi. Berdasarkan gambaran di atas dapat disimpulkan, bahwa pemanfaatan varietas unggul dengan tipe ketahanan horisontal akan efektif terutama bila pada daerah pertanaman terdapat beberapa biotipe hama, karena varietas ini mempunyai beberapa gen pengendali ketahanan (poligenik) sehingga akan mampu mengendalikan serangan beberapa biotipe hama. Salah satu kerugian pemanfaatan varietas unggul dengan ketahanan horizontal adalah karena sifat ketahanan ini masih memungkinkan terjadinya infestasi oleh hama. Walaupun tingkat infestasi tersebut tidak menimbulkan kerugian ekonomik, tetapi tingkat penerimaan konsumen mungkin menjadi rendah. Misalnya, rendahnya permintaan konsumen atas buah yang luka atau sedikit berlubang, juga hasil biji-bijian yang berubah warnanya akibat serangan hama (Sumarno, 1992).

BAB VII

PENUTUP

7. 1 Kesimpulan

• Kultivar adalah jenis tanaman yang telah ditanam dan dibesarkan oleh manusia. Kultivar dibuat ketika orang mengambil spesies tanaman dan membiakkannya untuk karakteristik tertentu, seperti rasa, warna, atau ketahanan terhadap hama. Tanaman dibiakkan dengan sengaja sampai sifat yang diinginkan menjadi sangat kuat dan terlihat.

• Kultivar dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu kultivar galur murni (pure line cultivars), kultivar bersari bebas (open pollinated cultivars), kultivar hibrida (hibryd cultivars), kultivar multilini (multiline cultivars), kultivar komposit (composite cultivars), kultivar sintetik (synthetic cultivars), dan kultivar klon (clonal cultivars).

• Perkembangbiakan secara aseksual adalah perkembangbiakan tanpa melalui perkawinan serta menggunakan bagian vegetatif tanaman asal seperti daun, batang dan akar. Perkembangbiakan aseksual hanya melibatkan satu induk saja. Metode ini pada umumnya disebut perbanyakan vegetatif. Beberapa tanaman dapat bereproduksi dengan cara vegetatif ini secara alami, tetapi dapat juga diinduksi secara buatan.

• Perkembangbiakan secara penyerbukan sendiri dilakukan melalui perkawinan antara jantan dan betina atau pembuahan. Perkembangbiakan ini disebut juga perbanyakan tanaman secara generatif. Reproduksi secara generatif umumnya terjadi pada tumbuhan berbiji (Spermatophyta), baik yang berbiji tertutup (Angiospermae) maupun berbiji terbuka (Gymnospermae). Alat reproduksi pada perkembangbiakan generatif adalah bunga. Bunga pada tumbuhan berfungsi sebagai alat pembentukan sel-sel kelamin, baik kelamin jantan (benang sari) maupun kelamin betina (putik). Kedua sel kelamin tersebut akan menyatu untuk membentuk biji.

• Kultivar multilini merupakan campuran/gabungan dari sejumlah kultivar berbeda. Tiap genotip dalam campuran setidaknya sejumlah 5% dari total benih. Kultivar multilini juga tergolong tanaman menyerbuk sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Budi. 2021. Pengertian Kultivar dan Contoh Kultivar. Biologi Sridianti.

Carsono, Nono. 2008. Peran Pemuliaan Tanaman dalam Meningkatkan Produksi Pertanian di Indonesia. Jurnal. Universitas Padjadjaran.

Haynes, Cinthia. 2008. Cultivar Versus Variety. Department of Horticulture. Iowa State University.

Ibar. 2013. Jagung Non Hibrida atau Jagung Bersari Bebas. BNS Indonesia.

Mawardi, Surip dan Suhendi Dedy. 2004. Dasar-dasar Pemilihan Bahan Tanam Unggul Dalam Kaitannya Dengan Manajemen Produksi Dan Mutu dalam Materi Kursus Budidaya Dan Pengolahan Hasil Tanaman Perkebunan. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Jember.

Muhuria, La. 2003. Strategi Perakitan Gen-gen Ketahanan Terhadap Hama. Pengantar Falsafah Sains. Institut Pertanian Bogor.

RPKK. 2005. Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

Widoretno, Wahyu. 2019. Biologi Reproduksi Tumbuhan – Perbanyakan Vegetatif Tanaman. Fakultas MIPA. Universitas Brawijaya Malang.


Download filenya disini>>

Makalah : Budidaya Tanaman Kacang Tanah

 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kacang tanah (Arachis hypogea L.) merupakan tanaman palawija kedua setelah kedelai. Kacang tanah merupakan salah satu komoditas yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, mempunyai berbagai manfaat yaitu sebagai sumber protein dan vitamin B-3 (niacin), B-1 (thiamine) serta vitamin E (alphatocophenol) (Arya, SS., Akshata, R.S. and Chauhan, 2016) sebagai bahan pangan yang dikonsumsi langsung atau campuranmakanan seperti roti, selai bumbu dapur dan bahan baku industri serta produk makananternak. Kacang tanah juga memiliki kandungangizi tinggi seperti lemak 40,5%, protein 27% karbohidrat dan zat besi (Adisarwono, 2000).

Sampai dengan saat ini Indonesia masih membutuhkan substitusi impor dari luar negeri, karena produksi kacang tanah domestik belum dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri. Rendahnya produksi kacang tanah disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain menurunya luas areal tanam kacang tanah karena alih fungsi lahan (Jannah, R., Eddy, B.T., Dalmiyatun, n.d.); dan belum optimalnya penerapan teknik budidaya pertanian, termasuk di dalamnya pemanfaatan pupuk organik dan anorganik untuk perbaikan sifat fisik tanah, seperti struktur tanah. Struktur tanah yang baik merupakan syarat dalam budidaya kacang tanah karena dalam proses pembuahan ginopor dapat masuk ke dalam tanah dengan mudah (Silawibawa, et al 2021). Oleh karena itu produksi kacang tanah perlu ditingkatkan melalui teknik budidaya yang tepat, pemupukan dan perlakuan benih yang tepat.

Kacang tanah tergolong tanaman legum yang selama pertumbuhannya mengadakan simbiosis mutualisme dengan bakteri Rhizobium sp dalam proses penambatan (fiksasi) nitrogen dari atmosfer. Rhizobium untuk menjalankan kehidupan dan fungsinya, sementara bakteri penambat nitrogen ini memberikan ammonium kepada tanaman inangnya dengan bantuan biokatalisator, yaitu enzim nitrogenase. Bintil akar adalah organ simbiosis yang mampu melakukan fiksasi N dari udara sehingga mampu memenuhi kebutuhan N dari hasil fiksasi tersebut (Marschner, 2012).

Selama pertumbuhan, kacang tanah membutuhkan pemupukan baik organik maupun anorganik yang mengandung unsur hara maupun mikro seperti N, P, K, Ca, Cu, Zn, Mo dan lain-lain (Mendel, 2007). Aplikasi bahan organik dalam hal ini pupuk kandang (Fisher D., & Glaser, n.d.) dapat meningkatkan efisiensi penyerapan unsur P yang dapat meningkatkan agregasi tanah sehingga tanah menjadi lebih gembur, dan sangat menguntungkan untuk pertumbuhan ginofor. Di samping itu, pupuk anorganik berupa pupuk mikro yaitu molibdenum (Mo). Pupuk mikro Mo merupakan kofaktor utama dalam fiksasi N. Selain berperan dalam fiksasi N (Kilham, 2000). Mo juga sebagai katalisator dalam mereduksi N, berperan penting dalam mereduksi unsur hara N, Mo diserap akar dalam bentuk MoO4 (Mulyati, dan Lolita, 2006).

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana penyiapan lahan untuk kacang tanah?

1.2.2 Bagaimana pemilihan benih kacang tanah?

1.2.3 Bagaimana pengolahan tanah untuk kacang tanah?

1.2.4 Apa saja hama dan penyakit pada kacang tanah?

1.2.5 Bagaimana perawatan dan pemupukan kacang tanah?

1.2.6 Bagaimana proses panen dan pasca panen kacang tanah?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui penyiapan lahan untuk kacang tanah.

1.3.2 Untuk mengetahui pemilihan benih kacang tanah.

1.3.3 Untuk mengetahui cara pengolahan tanah untuk kacang tanah.

1.3.4 Untuk mengetahui jenis hama dan penyakit pada kacang tanah.

1.3.5 Untuk mengetahui cara perawatan dan pemupukan kacang tanah.

1.3.6 Untuk mengetahui proses panen dan pasca panen kacang tanah.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kacang Tanah

Kacang tanah merupakan tanaman polong-polongan dari family fabiodeae yang juga merupakan tanaman penting dari keluarga polong-polongan kedua setelah tanaman kedelai. Kacang tanah merupakan salah satu tanaman tropic yang tumbuh secara perdu yang memiliki tinggi 30 – 50 cm dan tanaman yang mengeluarkan daun yang kecil. Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di Benua Amerika penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis (Batavia Reloed, 2012).

Kacang tanah memiliki beberapa manfaat yang paling banyak kacang tanah digunakan sebagai bahan makanan oleh masyarakat tetapi begitu banyaknya konsumsi kacang tanah di dalam masyarakat kurang dapat memenuhi konsumsi kacang tanah sehingga produksi kacang tanah mengalami penurunan selain memiliki kebutuhan yang banyak. Kacang tanah sebagai bahan makanan yang paling banyak digunakan oleh bahan baku industry yang diubah dengan bentuk lain seperti kacang atom, rempeyek, manisan dan lain-lain (Pitojo, 2005). Selain itu, sisa hasil kacang tanah yang tidak dipakai dapat digunakan sebagai makanan ternak sehingga seluruh bagian dari kacang tanah dapat digunakan sebagai bahan baku makanan industri maupun pakan ternak.

Peninggkatan produksi kacang tanah dilakukan dengan berbagai cara seperti perluasan penanaman kacang tanah sehingga memiliki produksi yang baik dan lain-lain tetapi kendala dalam budidaya kacang tanah begitu banyak seperti kendala lahan yang banyak digunakan sebagai perumahan, kendala dari hama dan penyakit tanaman. Sebenarnya tanaman kacang tanah memiliki sifat yang tidak rentang serangan karat daun jika digunakan dari varietas yang tahan terhadap karat daun (Hidayat, dkk, 2004).

2.2 Penyiapan Lahan Untuk Kacang Tanah

Penyiapan lahan merupakan cara untuk menyiapkan lahan yang akan digunakan dalam proses budidaya tanaman yang meliputi kegiatan seperti pembukaan lahan, pembuatan bedengan untuk tanaman dan pembersihan dari gulma. Tujuan dari penyiapan lahan ini adalah untuk membuka dan membersihkan lahan dari berbagai tanaman yang tidak diinginkan sehingga dapat digunakan dalam proses budidaya tanaman.

Penyiapan lahan yang harus diperhatikan adalah dari tanamannya karena jika tanaman yang akan dibudidayakan jika terdapat gulma disekitar tanaman maka akan dapat berpengaruh dalam proses pertumbuhan tanaman. Sedangkan dari aspek tanah yang diperhatiakan merupakan penggunaan lahan sebulum tanaman kacang tanah dibudidayakan karena jika lahan tersebut digunakan oleh tanaman legume lainnya maka sebaiknya dilakukan penamban bahan organic karena kacang tanah ini juga dapat berasosiasi dengan mikroorganisme terutama rhizobium sp. sehingga jika tanaman sebelumnya adalah kedelai maka perlu penambahan bahan organic yang dapat menyediakan tanaman berbagai unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman karena kebutuhan unsur hara bagi tanaman memiliki perbedaan.

Teknik persiapan lahan untuk tanaman kacang tanah dilakukan dengan cara pembersihan area yang akan ditanami oleh kacang tanah, pencangkulan yang dilakukan dapat mencabut akar tanaman yang tidak diinginkan (gulma) yang berada disekitar areal lahan sehingga lahan bersih dari berbagai tanaman yang tidak diinginkan dan juga pengukuran lahan yang akan digunakan karena dapat menghitung jumlah populasi kacang tanah yang akan digunakan sehingga dapat menghemat biaya dan juga dapat menghemat penggunaan benih kacang tanah.

2.3 Pemilihan Benih Kacang Tanah

Benih kacang tanah didapatkan dari kacang yang dibiarkan sampai tua, kira-kira 100 hari. Buah yang siap dijadikan benih warnanya kehitaman dan apabila dibuka tidak memiliki selaput pada bagian dalam cangkang. Setelah benih dipanen, sortasi terlebih dahulu kemudian jemur selama 4-5 hari. Untuk menjaga kualitasnya, benih kacang tanah sebaiknya disimpan selama 3-6 bulan saja. Cangkang kacang sebaiknya tidak dikupas selama masa penyimpanan. Buka cangkang hanya apabila benih akan digunakan. Benih yang paling baik untuk ditanam adalah benih yang baru. Adapun syarat-syarat benih/bibit kacang tanah yang baik adalah :

a. Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul.

b. Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat.

c. Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat.

d. Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain.

e. Kadar air benih berkisar 9-12 %.

2.4 Pengolahan Tanah

Dalam budidaya kacang tanah organik,untuk mendapat hasil maksimal, tanah tempat budidaya kacang tanah harus digemburkan terlebih dahulu dengan dibajak hingga menjadi butiran halus. Kemudian tambahkan kapur sebanyak 2 ton per hektar. Campurkan secara merata dengan tanah yang telah dibajak, diamkan selama 2 hari.

Gunakan pupuk kandang yang telah matang atau pupuk kompos sebagai pupuk dasar. Apabila tersedia, gunakan campuran pupuk kandang dari kotoran ayam dengan kotoran kambing atau sapi. Campurkan dengan tanah secara merata. Budidaya kacang tanah bisa dilakukan dengan bedengan atau tanpa bedengan. Bedengan diperlukan apabila lahan yang digunakan rawan tergenang air. Drainase yang baik diperlukan untuk menjaga kesehatan tanaman.

Penanaman kacang tanah dilakukan dengan cara ditugal dengan jarak tanam 25×25 cm. Isi setiap lubang dengan satu butir benih. Diperlukan sekitar 50 kg benih untuk satu hektar luasan tanam. Setelah benih ditanam, siram setiap pagi dan sore. Kacang tanah akan berkecambah setelah 4-7 hari.

2.5 Hama dan Penyakit

2.5.1 Hama

a. Uret

Gejala : memakan akar, batang bagian bawah dan polong. Akhirnya tanaman layu dan mati.

Pengendalian : olah tanah dengan baik, penggunaan pupuk kandang yang sudah matang, menanam serempak, penyiangan intensif, Penggunaan Pestona dengan cara disiramkan ke tanah, jika tanaman terlanjur mati segera dicabut dan uret dimusnahkan.

b. Ulat Penggulung Daun

Gejala : daun terlipat menguning, akhirnya mengering.

Pengendalian : penyemprotan menggunakan Pestona.

c. Ulat Grayak (Spodoptera litura)

Gejala : ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok.

Pengendalian : (1) bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan menggunakan Natural Vitura.

d. Ulat Jengkal (Plusia sp)

Gejala : menyerang daun kacang tanah.

Pengendalian : penyemprotan menggunakan Pestona.

e. Kumbang Daun

Gejala : daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga.

Pengendalian : (1) penanaman serentak; (2) penyemprotan menggunakan Pestona.

2.5.2 Penyakit

a. Penyakit layu atau “Omo Wedang”

Penyebab : bakteri Xanthomonas solanacearum (E.F.S.).

Gejala : daun terkulai seperti disiram air panas, akhirnya mati. Bila dipotong tampak noda coklat pada bagian pembuluh kayu dan bila dipijit keluar lendir kekuningan. Akar tanaman membusuk. Pengendalian : Pergiliran tanaman, gunakan varietas yang tahan. Penting melakukan pencegahan menggunakan Natural GLIO.

b. Penyakit sapu setan

Penyebab : Mycoplasma (sejenis virus). Diduga ditularkan serangga sejenis Aphis.

Gejala : bunga berwarna hijau tua seperti daun-daun kecil, ruas-ruas batang dan cabang menjadi pendek, daun-daun kecil rimbun.

Pengendalian : tanaman dicabut, dibuang dan dimusnahkan, semua tanaman inang dibersihkan (sanitasi lingkungan), menanam tanaman yang tahan, menanggulangi vektornya menggunakan Pestona atau Natural BVR.

c. Penyakit Bercak Daun

Penyebab : Jamur Cercospora personata dan Cercospora arachidicola.

Gejala : timbul bercak-bercak berukuran 1-5 mm, berwarna coklat dan hitam pada daun dan batang.

Pengendalian : dengan menggunakan Natural GLIO di awal tanam sebagai tindakan pencegahan.

d. Penyakit Gapong

Penyebab : diduga Nematoda. Gejala: Polong kosong, juga bisa busuk.

Pengendalian : tanahnya didangir dan dicari nematodanya.

e. Penyakit Sclerotium

Penyebab : cendawan Sclerotium rolfsii.

Gejala : tanaman layu.

Pengendalian : gunakan varietas yang resisten, air jangan sampai menggenang, membakar tanaman yang terserang cendawan. Pencegahan : gunakan Natural GLIO pada awal tanam

f. Penyakit Karat

Penyebab : cendawan Puccinia arachidis Speg.

Gejala : pada daun terdapat bercak-bercak coklat muda sampai coklat (warna karat). Daun gugur sebelum waktunya.

Pengendalian : gunakan varietas yang resisten, tanaman yang terserang dicabut dan dibakar. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam.

2.6 Perawatan dan Pemupukan

Kacang tanah sudah tumbuh serempak setelah satu minggu dan mulai berbunga pada umur 20 hari dan berlanjut hingga umur 75 hari. Hanya bunga yang keluar diatas umur 30 hari yang akan menjadi polong. Setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan, akan tumbuh ginofor atau bakan buah pada hari ke-3 sampai ke-4. Kemudian ginofor tersebut akan menuju dan menembus tanah untuk membentuk polong.

Perawatan yang diperlukan pada saat tanaman berbunga antara lain, pemberian pupuk tambahan. Sebaiknya tambahkan pupuk yang banyak mengandung posfor, supaya buahnya bagus dan banyak. Selain itu, lakukan penyiangan dan pembubunan tanah sehingga menutupi akar, batang dan daun bagian bawahnya. Hal ini bertujuan untuk memperbanyak biji.

2.7 Panen

Penentuan saat panen yang tepat harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan produk kacang tanah. Pedoman umum yang digunakan sebagai kriteria penentuan saat panen kacang tanah adalah sebagai berikut :

a. Sebagian besar daun menguning dan gugur (rontok).

b. Tanaman berumur 85-110 hari tergantung varietasnya. Sebagian besar polongnya (80%) telah tua.

c. Kulit polong cukup keras dan berwarna cokelat kehitam-hitaman.

d. Kulit biji tipis dan mengkilap.

e. Rongga polong telah berisi penuh dengan biji.

Panen dilakukan dengan mencabut batang tanaman secara hati-hati agar polongnya tidak tertinggal dalam tanah.

2.8 Pasca Panen

Kegiatan pokok pasca panen kacang tanah yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Setelah dipanen, brangkasan kacang tanah dipotong lebih kurang 10 cm kemudian dibersihkan.

b. Pemipilan

Pipil polong kacang tanah dari batangnya dengan tangan.

c. Pengeringan

Tebarkan polong kacang tanah di atas anyaman bambu atau tabir sambil dijemur dibawah terik matahari sampai kering (kadar air 9% - 12%).

d. Penyimpanan

e. Penyimpanan dalam bentuk polong kering bisa dilakukan dengan memasukkan polong kering kedalam karung goni atau kaleng tertutup rapat, lalu simpan digudang penyimpanan yang tempatnya kering.

f. Penyimpanan dalam bentuk biji kering bisa dilakukan dengan mengupas polong kacang tanah kering dengan tangan atau alat pengupas kacang tanah, lalu jemur biji kacang tanah hingga berkadar air 9% dan kemudian masukkan ke dalam wadah tertutup untuk disimpan atau dijual.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam budidaya kacang tanah (Arachis hypogaea L) hal-hal yang harus diperhatikan adalah memperhatikan syarat utama pertumbuhan atau faktor yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan kacang tanah, baik iklim, cuara hujan, media tanam (jenis tanah, kandungan Unsur pH, kadar air serta unsur hara didalamnya) maupun ketinggian tempat.

Teknik atau pedoman dalam budidaya kacang tanah (Arachis hypogaea L) yang perlu diketahui yaitu : pembibitan (persyaratan benih atau memilih bibit yang berkualitas). pengolahan media tanam (persiapan dan pembukaan lahan, pembentukan bedengan pengapuran, dan pemberian pupuk), teknik penanaman (penentuan pola tanam, pembuatan lubang tanam, perendaman benih, serta cara penanaman), pemeliharaan tanaman (penyulaman, penyiangan dan pembumbunan, pengairan dan penyiraman, pemeliharaan lain), pemberatasan hama dan penyakit, serta panen dan pasca panen.

3.2. Saran

Penulis menyadari bahwa pada makalah ini memiliki banyak kekurangan, sehingga untuk menambah wawasan pembaca disarankan agar menambah referensi dari sumber lain.

DAFTAR PUSTAKA

Amulyati, Marlina, R., Fahrudin, dkk. (2022). Edukasi Penggunaan Pupuk Kandang Dan Pupuk Mo Pada Budidaya Kacang Tanah Di Tanah Psamment Kecamatan Narmada. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 6, No 2, (Juni 2022). Diakses pada 19 Januari 2024, dari https://journal.ummat.ac.id/index.php/jpmb/article/view/8110/4578.

Kurniawan, Rizal M., Purnamawati, Heni, dkk. (2017). Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) terhadap Sistem Tanam Alur dan Pemberian Jenis Pupuk. Buletin Agrohorti Vol 5 No. 3 : 342-350, (November 2017). Diakses pada 19 Januari 2024, dari https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/16472/12089.

Samosir, Osten M., Pakpahan, Tri W. (2019). Respon Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap Pemberian Paclobutrazol Dan Pupuk Kalium. Jurnal Agrotekda Volume 3 Nomor 1,(Maret 2019); 28-37. Diakses pada 19 Januari 2024, dari https://jurnal.darmaagung.ac.id/index.php/agrotekda/article/download/251/256.


Download filenya disini>>

Makalah : Budidaya Tanaman Kedelai

 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau lainnya. Indonesia merupakan negara produsen kedelai ke enam terbesar di dunia, setelah Amerika Serikat, Brazil, Argentina, Cina dan India. Walaupun demikian, produksi kedelai domestik tidak mampu mencukupi kebutuhan kedelai nasional yang dari tahun ke tahun terus meningkat dan untuk mencukupinya sangat tergantung dari impor kedelai yang cukup menguras devisa negara.

Kedelai (Glycine max L. Mer) merupakan salah satu komoditi pangan dari famili leguminoseae yang dibutuhkan dalam pelengkap gizi makanan. Kedelai memiliki kandungan gizi tinggi yang berperan untuk membentuk sel-sel tubuh dan menjaga kondisi sel-sel tersebut. Kedelai mengandung protein 75-80% dan lemak mencapai 16-20 serta beberapa asam-asam kasein (Adisarwanto, 2005). Tanaman kedelai (Glycine max) ini telah lama diusahakan di Indonesia khususnya Pulau Jawa dan Bali, kedelai sudah lama ditanam sejak tahun 1758. Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun makin meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk. Kenaikan konsumsi ini tidak dapat dikejar oleh produksi dalam negeri sehingga masih ditutup dengan impor. Pada tahun 2011 konsumsi kedelai dalam negeri tercatat 14,31 juta ton. Sedangkan produksi hanya mencapai 1,5 juta ton (Badan Pusat Statistik, 2015).

Kedelai adalah salah satu komoditi pangan utama setelah padi dan jagung. Kedelai merupakan bahan pangan yang mengandung protein nabati yang sangat tinggi nilai gizinya, mengandung zat anti oksidan yang tinggi sehingga sangat bermanfaat bagi kesehatan dan banyak dikonsumsi oleh penduduk Indonesia. Konsumsi penduduk Indonesia terhadap kedelai berupa hasil olahan (seperti tempe, tahu, kecap, tauco, susu kedelai, oncom, yogurt, mentega, minyak, keripik), dan bahan baku pakan ternak.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana teknik Penyiapan Benih?

1.2.2 Bagaimana Pengolahan Media Tanam?

1.2.3 Bagaimana Pemeliharaan Tanam?

1.2.4 Bagaimana mengendalikan Hama Dan Penyakit?

1.2.5 Bagaimana proses Panen?

1.2.6 Bagaimana proses Pasca Panen?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui teknik Penyiapan Benih.

1.3.2 Untuk mengetahui Pengolahan Media Tanam.

1.3.3 Untuk mengetahui Pemeliharaan Tanam.

1.3.4 Untuk mengetahui mengendalikan Hama Dan Penyakit.

1.3.5 Untuk mengetahui proses Panen.

1.3.6 Untuk mengetahui proses Pasca Panen.

BAB II

PEMBAHASAN

Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan yang penting bagi penduduk Indonesia sebagai sumber protein nabati, bahan baku industri, pakan ternak dan bahan baku industri pangan. Protein yang tinggi pada kedelai berperan penting dalam kebutuhan gizi masyarakat Indonesia (Budiarti dan Hadi, 2006). Kedelai merupakan tanaman sumber protein yang murah, sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Kebutuhan terhadap kedelai semakin meningkat dari tahun ketahun sejalan dengan bertambahnya penduduk dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap makanan berprotein nabati. Kedelai merupakan tanaman legum yang kaya protein nabati, karbohidrat dan lemak. Biji kedelai juga mengandung fosfor, besi, kalsium, vitamin B dengan komposisi asam amino lengkap, sehingga potensial untuk pertumbuhan tubuh manusia (Pringgohandoko dan Padmini, 1999).

Permintaan Kedelai (Glycine max L. Merr.) setiap tahun terus mengalami peningkatan. Komoditas kedelai memegang peranan penting dalam ekonomi rumah tangga petani, konsumsi pangan, kebutuhan dan perdagangan pangan nasional. Beberapa tahun terakhir ini produksi kedelai nasional terus mengalami fluktuasi. Produksi kedelai pada tahun 2006 mengalami penurunan menjadi 747 611 ton, bahkan sempat mengalami penurunan drastis menjadi 592 534 ton pada tahun 2007. Produksi kedelai mulai mengalami peningkatan kembali menjadi 775 710 ton pada tahun 2008 dan 974 512 ton pada tahun 2009. Sedangkan kurun waktu 2013 – 2015, produksi kedelai terus mengalami peningkatan yaitu 779 992 ton, 954 997, dan 963 183 ton (BPS, 2018).

2.1 Penyiapan Benih

Pada tanah yang sudah sering ditanam dengan kedelai atau kacang-kacangan lain, berarti sudah mengandung bakteri tersebut. Bakteri ini akan hidup di dalam bintil akar dan bermanfaat sebagai pengikat unsur N dari udara. Sebanyak 5-10 gram legin dibasahi dengan air sekitar 10 cc; selain itu, yang perlu diperhatikan dalam hal memilih benih yang baik adalah: kondisi dan lama penyimpanan benih tersebut. Biji kedelai mudah menurun daya kecambah/daya tumbuhnya (terutama bila kadar air dalam biji ≥ 13% dan disimpan di ruangan bersuhu ≥ 25 derajat C, dengan kelembaban nisbi ruang ≥ 80%.

2.2 Pengolahan Media Tanam

2.2.1 Persiapaan

Persiapan tanam pada tanah tegalan atau sawah tadah hujan sebaiknya dilakukan 2 kali pencangkulan. Pertama dibiarkan bongkahan terangin-angin 5-7 hari, pencangkulan ke 2 sekaligus meratakan, memupuk, menggemburkan dan membersihkan tanah dari sisa-sia akar. Jarak antara waktu pengolahan tanah dengan waktu penanaman sekitar 3 minggu.

2.2.2 Pembentukan Bedengan

Pembuatan bedengan dapat dilakukan dengan pencangkulan ataupun denga bajak lebar 50-60 cm, tinggi 20 cm. Apabila akan dibuat drainase, maka jarak antara drainase yang satu dengan lainnya sekitar 3-4 m. Namun pada praktikum kali ini mahsiswa tidak dibebabankan dalam pembuatan bedengan, bedengan sudah langsung jadi dan hanya langsung melakukan penanaman.

2.2.3 Waktu Tanam

Pemilihan waktu tanam kedelai ini harus tepat, agar tanaman yang masih muda tidak terkena banjir atau kekeringan. Karena umur kedelai menurut varietas yang dianjurkan berkisar antara 75-120 hari, maka sebaiknya kedelai ditanam menjelang akhir musim penghujan.

2.3 Pemeliharaan Tanaman

2.3.1 Penjarangan Dan Penyulaman

Kedelai mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari. Dalam kenyataannya tidak semua biji yang ditanam dapat tumbuh dengan baik, sehingga akan terlihat tidak seragam. Untuk menjaga agar produksi tetap baik, benih kedelai yang tidak tumbuh sebaiknya segera diganti dengan biji-biji yang baru yang telah dicampur Legin atau Nitrogen.

2.3.2 Penyiangan

Penyiangan ke-1 pada tanaman kedelai dilakukan pada umur 2-3 minggu. Penyiangan ke-2 dilakukan pada saat tanaman selesai berbunga, sekitar 6 minggu setelah tanam. Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke-2 (pemupukan lanjutan). Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mengikis gulma yang tumbuh dengan tangan atau kuret. Apabila lahannya luas, dapat juga dengan menggunakan herbisida. Sebaiknya digunakan herbisida seperti Lasso untuk gulma berdaun sempit dengan dosis 4 liter/ha.

2.3.3 Pembumbunan

Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang berbahaya.

2.3.4 Pemupukan

Dosis pupuk yang digunakan sangat tergantung pada jenis lahan dan kondis tanah. Pada tanah subur atau tanah bekas ditanami padi dengan dosis pupuk tinggi, pemupukan tidak diperlukan. Pada tanah yang kurang subur, pemupukan dapat menaikkan hasil. Dosis pupuk yang di anjurkan secara tepat adalah sebagai berikut:

a. Sawah kondisi tanah subur: pupuk Urea=50 kg/ha.

b. Sawah kondisi tanah subur sedang: pupuk Urea=50 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan KCl=100 kg/ha.

c. Sawah kondisi tanah subur rendah: pupuk Urea=100 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan KCl=100 kg/ha.

d. Lahan kering kondisi tanah kurang subur: pupuk kandang=2000-5000 kg/ha;

e. Urea=50-100 kg/ha, TSP=50-75 kg/ha dan KCl=50-75 kg/ha.

2.3.5 Pengairan Dan Penyiraman

Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Saat menjelang panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering. Kekurangan air pada masa pertumbuhan akan menyebabkan tanaman kerdil, bahkan dapat menyebabkan kematian apabila kekeringan telah melalui batas toleransinya. Kekeringan pada masa pembungaan dan pengisian polong dapat menyebabkan kegagalan panen.

Di lahan sawah irigasi, pemberian air di sawah bisa diatur. Namun bila tidak ada irigasi, penyediaan air hanya hanya dapat dilakukan dengan mengatur waktu tanamnya dan pemberian mulsa. Mulsa berupa jerami atau potongan-potongan tanaman lainnya yang dihamparkan pada permukaan tanah. Mulsa ini akan mencegah penguapan air secara berlebihan. Apabila ada irigasi dan tidak ada hujan selama lebih dari 7 hari, tanah harus diairi.

Caranya tanaman digenangi air selama 30-60 menit. Pengairan seperti ini diulangi setiap 7-10 hari. Pengairan tidak dilakukan lagi apabila polong telah terisi penuh. Pada tanah yang keras (drainase buruk) kelebihan air akan meyebabkan akar membusuk. Di tanah berdrainase buruk harus dibuat saluran drainase di setiap 3-4 meter lahan memanjang sejajar dengan barisan tanam. Hal ini terutama dilakukan pada saat musim hujan.

2.3.6 Waktu Penyemprotan Pestisida

Penyemprotan pestisida dilakukan pada waktu yang berbeda-beda tergantung jenis hama dan pola penyerangannya.

a. Lalat bibit, diberi insektisida Marshal 200 EC, dicampur dengan benih,dilakukan sebelum benih ditanam.

b. Ulat prodenia dilakukan penyemprotan dengan insektisida Azodrin 15 WSC, Huslation 40 EC, Thiodon 35 EC dan Barudin 60 EC sebanyak 2 kali seminggu setelah ditemukan telur.

c. Wereng kedelai atau kumbang daun, disemprot dengan insektisida Surecide 25 EC, Kharpos 50 EC, Hosthathion 40 EC, Azodrin 15 WSC, Sevin 85 SP atau Tamaron pada tanaman setelah berumur di atas 20 hari.

d. Kepik coklat disemprot dengan Azodrin 15 WSC, Diazinois 60 EC dan Dusban 20 EC atau Bayrusil setiap 1-2 minggu, setelah tanam 50 hari.

e. Ulat penggerek polong, disemprot dengan insektisida Agrothion 50 EC, Dursban 20 EC, Azodrin 115 WSC, Thiodan 35 EC pada waktu pembentukan polong.

2.4 Hama dan Penyakit

2.4.1 Hama

a. Aphis SPP (Aphis Glycine)

Kutu dewasa ukuran kecil 1-1,5 mm berwarna hitam, ada yang bersayap dan tidak. Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan polong.

Gejala : layu, pertumbuhannya terhambat.

Pengendalian : menanam kedelai pada waktunya, mengolah tanah dengan baik, bersih, memenuhi syarat, tidak ditumbuhi tanaman inang seperti: terung-terungan, kapas-kapasan atau kacangkacangan; membuang bagian tanaman yang terserang hama dan membakarnya; menggunakan musuh alami (predator maupun parasit); penyemprotan insektisida dilakukan pada permukaan daun bagian atas dan bawah.

b. Ulat Polong (Etiela Zinchenella)

Ulat yang berasal dari kupu-kupu ini bertelur di bawah daun buah, setelah menetas, ulat masuk ke dalam buah sampai besar, memakan buah muda.

Gejala : pada buah terdapat lubang kecil. Waktu buah masih hijau, polong bagian luar berubah warna, di dalam polong terdapat ulat gemuk hijau dan kotorannya.

Pengendalian : kedelai ditanam tepat pada waktunya (setelah panen padi), sebelum ulat berkembang biak; penyemprotan obat Dursban 20 EC sampai 15 hari sebelum panen.

c. Kepala Polong (Riptortis Lincearis)

Gejala : polong bercak-bercak hitam dan menjadi hampa.

Pengendalian : penyemprotan Surecide 25 EC, Azodrin 15 WSC.

d. Lalat Kacang (Ophiomyia Phaseoli)

Menyerang tanaman muda yang baru tumbuh.

Pengendalian : Saat benihditanam, tanah diberi Furadan 36, kemudian setelah benih ditanam, tanah ditutup dengan jerami . Satu minggu setelah benih menjadi kecambah dilakukan penyemprotan dengan insektisida Azodrin 15 WSC, dengan dosis 2 cc/liter air, volume larutan 1000 liter/ha. Penyemprotan diulangi pada waktu kedelai berumur 1 bulan.

e. Kepik Hijau (Nezara Viridula)

Panjang 16 mm, telur di bawah permukaan daun, berkelompok. Setelah 6 hari telur menetas menjadi nimfa (kepik muda), yang berwarna hitam bintik putih. Pagi hari berada di atas daun, saat matahari bersinar turun ke polong, memakan polong dan bertelur. Umur kepik dari telur hingga dewasa antara 1 sampai 6 bulan.

Gejala : polong dan biji mengempis serta kering. Biji bagian dalam atau kulit polong berbintik coklat.

Pengendalian : Azodrin 15 WCS, Dursban 20 EC, Fomodol 50 EC.

f. Ulat Grayak (Prodenia Litura)

Serangan mendadak dan dalam jumlah besar, bermula dari kupu-kupu berwarna keabu-abuan, panjang 2 cm dan sayapnya 3-5 cm, bertelur di permukaan daun. Tiap kelompok telur terdiri dari 350 butir.

Gejala : kerusakan pada daun, ulat hidup bergerombol, memakan daun, dan berpencar mencari rumpun lain.

Pengendalian : (1) dengan cara sanitasi; (2) disemprotkan pada sore/malam hari(saat ulat menyerang tanaman) beberapa insektisida yang efektif seperti Dursban 20 EC, Azodrin 15 WSC dan Basudin 50 EC.

2.4.2 Penyakit

a. Penyakit Layu Bakteri (Pseudomonas solanacearum)

Penyakit ini menyerang pangkal batang. Penyerangan pada saat tanaman berumur 2-3 minggu. Penularan melalui tanah dan irigasi.

Gejala : layu mendadak bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam rapat.

Pengendalian : biji yang ditanam sebaiknya dari varietas yang tahan layu dan kebersihan sekitar tanaman dijaga, pergiliran tanaman dilakukan dengan tanaman yang bukan merupakan tanaman inang penyakit tersebut.

Pemberantasan : belum ada.

b. Penyakit Layu (Sclerotium Rolfsii)

Penyakit ini menyerang tanaman umur 2-3 minggu, saat udara lembab, dan tanaman berjarak tanam pendek.

Gejala : daun sedikit demi sedikit layu, menguning. Penularan melalui tanah dan irigasi.

Pengendalian : varietas yang ditanam sebaiknya yang tahan terhadap penyakit layu; menyemprotkan Dithane M 45, dengan dosis 2 gram/liter air

c. Penyakit Lapu (Witches Broom)

Penyakit ini menyerang polong menjelang berisi. Penularan melalui singgungan tanam karena jarak tanam terlalu dekat.

Gejala : bunga, buah dan daun mengecil.

Pengendalian : menyemprotkan Tetracycline atau Tokuthion 500 EC.

d. Virus Mosaik

Penyakit ini menyerang daun dan tunas. Penularan vektor penyebar virus ini adalah Aphis Glycine (sejenis kutu daun).

Gejala : perkembangan dan pertumbuhan lambat, tanaman menjadi kerdil.

Pengendalian : penanaman varietas yang tahan terhadap virus; menyemprotkan Tokuthion 500 EC.

2.5 Panen

2.5.1 Ciri dan Umur Panen

Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Panen yang terlambat akan merugikan, karena banyak buah yang sudah tua dan kering, sehingga kulit polong retak-retak atau pecah dan biji lepas berhamburan.

Disamping itu, buah akan gugur akibat tangkai buah mengering dan lepas dari cabangnya. Perlu diperhatikan umur kedelai yang akan dipanen yaitu sekitar 75-110 hari, tergantung pada varietas dan ketinggian tempat. Perlu diperhatikan, kedelai yang akan digunakan sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia 75-100 hari, sedangkan untuk dijadikan benih dipetik pada umur 100-110 hari, agar kemasakan biji betulbetul sempurna dan merata.

2.5.2 Cara Panen

Pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar hasilnya segera dapat dijemur.

a. Pemungutan dengan cara mencabut

Sebelum tanaman dicabut, keadaan tanah perlu diperhatikan terlebih dulu. Pada tanah ringan dan berpasir, proses pencabutan akan lebih mudah. Cara pencabutan yang benar ialah dengan memegang batang poko, tangan dalam posisi tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan harus dilakukan dengan hati-hati sebab kedelai yang sudah tua mudah sekali rontok bila tersentuh tangan.

b. Pemungutan dengan cara memotong

Alat yang biasanya digunakan untuk memotong adalah sabit yang cukup tajam, sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan goncangan. Di samping itu dengan alat pemotong yang tajam, pekerjaan bisa dilakukan dengan cepat dan jumlah buah yang rontok akibat goncangan bisa ditekan. Pemungutan dengan cara memotong bisa meningkatkan kesuburan tanah, karena akar dengan bintilbintilnya yang menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut, tapi tertinggal di dalam tanah.Pada tanah yang keras, pemungutan dengan cara mencabut sukar dilakukan,maka dengan memotong akan lebih cepat

2.5.3 Periode Panen

Mengingat kemasakan buah tidak serempak, dan untuk menjaga agar buah yang belum masak benar tidak ikut dipetik, pemetikan sebaiknya dilakukan secara bertahap, beberapa kali. Hasil panen sementara belum diketahui, dikarenakan waktu panen belum mencukupin, namun hasil panen di konfersikan dari satu hektar menjadi 6 meter persegi, dapat di hasilkan yaitu masing hasil panen komoditas kacang kedelai di indonsia rata rata 2 ton/hektar. Hasil yang di dapt ialah 1,2 kg/ 6 M/segi.

2.6 Pasca Panen

2.6.1 Pengumpulan dan Pengeringan

Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen hendaknya segera dijemur. Kedelai dikumpulkan kemudian dijemur di atas tikar, anyaman bambu, atau di lantai semen selama 3 hari. Sesudah kering sempurna dan merata, polong kedelai akan mudah pecah sehingga bijinya mudah dikeluarkan. Agar kedelai kering sempurna, pada saat penjemuran hendaknya dilakukan pembalikan berulang kali. Pembalikan juga menguntungkan karena dengan pembalikan banyak polong pecah dan banyak biji lepas dari polongnya. Sedangkan biji-biji masih terbungkus polong dengan mudah bisa dikeluarkan dari polong, asalkan polong sudah cukup kering.

Biji kedelai yang akan digunakan sebagai benih, dijemur secara terpisah. Biji tersebut sebenarnya telah dipilih dari tanaman-tanaman yang sehat dan dipanen tersendiri, kemudian dijemur sampai betul-betul kering dengan kadar air 10-15 %. Penjemuran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dari pukul 10.00 hingga 12.00 siang.

2.6.2 Penyortiran dan Penggolongan

Terdapat beberapa cara untuk memisahkan biji dari kulit polongan. Diantaranya dengan cara memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai secara langsung dengan kayu atau brangkasan kedelai sebelum dipukul-pukul dimasukkan ke dalam karung, atau dirontokkan dengan alat pemotong padi. Setelah biji terpisah, brangkasan disingkirkan.

Biji yang terpisah kemudian ditampi agar terpisah dari kotoran-kotoran lainnya. Biji yang luka dan keriput dipisahkan. Biji yang bersih ini selanjutnya dijemur kembali sampai kadar airnya 9-11 %. Biji yang sudah kering lalu dimasukkan ke dalam karung dan dipasarkan atau disimpan. Sebagai perkiraan dari batang dan daun basah hasil panen akan diperoleh biji kedelai sekitar 18,2 %.

2.6.3 Penyimpanan dan pengemasan

Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam jangka waktu cukup lama. Caranya kedelai disimpan di tempat kering dalam karung. Karung-karung kedelai ini ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar tidak langsung menyentuh tanah atau lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2-3 bulan sekali harus dijemur lagi sampai kadar airnya sekitar 9-11 %.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Saat ini tanaman kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang penting setelah beras disamping sebagai bahan pakan dan industri olahan. Karena hampir 90% digunakan sebagai bahan pangan maka ketersediaan kedelai menjadi faktor yang cukup penting (Anonimous, 2004c). Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting sebagai sumber protein nabati untuk peningkatan gizi dan mengatasi penyakit kurang gizi seperti busung lapar Perkembangan manfaat kedelai di samping sebagai sumber protein, makanan berbahan kedelai dapat dipakai juga sebagai penurun cholesterol darah yang dapat mencegah penyakit jantung.

Selain itu, kedelai dapat berfungsi sebagai antioksidan dan dapat mencegah penyakit kanker. Oleh karena itu, ke depan proyeksi kebutuhan kedelai akan meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat tentang makanan sehat. Hasil panen sementara belum diketahui, dikarenakan waktu panen belum mencukupin, namun hasil panen di konfersikan dari satu hektar menjadi 6 meter persegi, dapat di hasilkan yaitu masing hasil panen komoditas kacang kedelai di indonsia rata rata 2 ton/hektar. Hasil yang di dapt ialah 1,2 kg/ 6 M/segi.

3.2. Saran

Penulis menyadari bahwa pada makalah ini memiliki banyak kekurangan, sehingga untuk menambah wawasan pembaca disarankan agar menambah referensi dari sumber lain.

DAFTAR PUSTAKA

Ardi, Supriyono, & Afrianto, E. (2017). Perilaku Petani Dalam Budidaya Kedelai Di Kecamatan Tebo Ilir Kabupaten Tebo. Jurnal Agri Sains Vol, 1 No. 02 (2017). Diakses pada 18 Januari 2024, dari http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/JAS/index.

Fauzi, Ahmad R., & Puspitawati, Mutiara D. (2018). Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Varietas Burangrang Pada Lahan Kering. Jurnal Bioindustri Vol. 1. No. 1, November 2018. Diakses pada 18 Januari 2024, dari https://trilogi.ac.id/journal/ks/index.php/jbi/article/view/89.

Pusat Perpustakaan dan Literasi Pertanian. (2022). Budidaya Kedelai. Diakses pada 17 Januari 2024, dari https://pustaka.setjen.pertanian.go.id/index-berita/budidaya-kedelai.

Zakaria, Amar K. (2016). Kebijakan Pengembangan Budi Daya Kedelai Menuju Swasembada Melalui Partisipasi Petani. Analisis Kebijakan Pertanian, 8(3), 259-272. Diakses pada 18 Januari 2024, dari https://epublikasi.pertanian.go.id/berkala/akp/article/view/746.


Download filenya disini>>

Makalah : Pertanian Modern dalam Perspektif Islam

 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa awal kehidupan manusia di muka bumi. Tidaklah terlalu sulit bagi manusia untuk mencukupi kebutuhannya. Buah-buahan dan berbagai macam makanan tersedia dengan mudah di alam. Namun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka mulailah muncullah persaingan dalam mendapatkan sumber daya alam. Karena itu diperlukan inovasi-inovasi baru dalam mengelola kekayaan bumi. Inilah yang kemudian melahirkan berbagai kebudayaan. Dan dari sinilah pula muncul istilah pertanian sebagai salah bentuk usaha manusia paling awal dalam mengelola bumi untuk mencukupi kebutuhan hidup. Bekerja sebagai apapun bagi manusia di muka bumi adalah dalam rangka mencari kebahagiaan hidup di akhirat, dengan tidak melupakan sedikit bagian di dunia untuk kelangsungan hidup. Kegiatan inipun termasuk ibadah bila dilakukan. Sesuai dengan tuntuan Allah swt melalui rasulnya. Karena mesti diingat walau dalam rangka mencari karunia Allah SWT sekalipun kita dilarang untuk berbuat kerusakan di muka bumi.

Di antara profesi yang dijalani oleh manusia adalah sebagai petani. Atau berusaha di bidang pertanian. Bertani adalah jenis usaha yang paling awal dilakukan oleh manusia setelah berburu dan meramu makanan. Dalam bahasa latin, Pertanian disebut dengan Agricultura. Ager berarti lapangan, tanah, ladang. Sedangkan cultura berarti mengamati, memelihara atau membajak. (Tati Nurmala, dkk,. 2012)

Pertanian menurut definisinya ialah sebagai kegiatan memelihara tanaman dan ternak pada sebuah bidang tanah, tanpa menyebabkan tanah itu rusak untuk produksi selanjutnya. Pertanian bisa juga berarti sebagai suatu usaha yang khusus mengkombinasikan sumber-sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam menghasilkan hasil pertanian.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pertanian merupakan kegiatan produksi yang berlangsung di atas sebidang tanah (ladang) dengan tujuan menghasilkan sumber daya alam baik berupa tanaman, hewan maupun sumber daya alam lainnya yang bukan hewan dan tanaman seperti garam. Untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia tanpa merusak tanah (lahan) yang bersangkutan untuk kegiatan produksi selanjutnya.

Untuk menyelesaikan segala problem manusia termasuk di dalamnya permasalahan pertanian, banyak cara yang dapat dilakukan, salah satunya melalui firman sang pencipta alam ini, yang sudah terjamin keotentikannya, yaitu al-Qur’an. Al-Qur’an al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu di antaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara.

Kentaranya pengaruh islam di kepulauan nusantara dapat dilihat pada penguasaan tiga bidang utama kehidupan masyarakat. Pertama penguasaan di bidang politik yang berhubungan dengan pemerintahan atau kekuasaan. Dimana ulama sangat sangat berperan dalam birokrasi pemerintahan, hukum Islam dirumuskan dan diterapkan. Kedua di bidang pendidikan yang melahirkan para pemikir dan cendikiawan muslim dan ketiga di bidang ekonomi.

Dalam bidang ekonomi, masyarakat kepulauan nusantara disamping memiliki tradisi bahari juga merupakan masyarakat agraris. Masyarakat kepulauan nusantara kaya akan tradisi dan kearifan lokal di bidang pertanian yang sudah ada jauh sebelum kehadiran islam. Pada titik ini islam mampu melestarikan dan memupuk nilai-nilai kearifan lokal tersebut yang memang bersesuaian dengan nilai-nilai islam.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana konsep dan praktek pertanian modern?

1.2.2 Bagaimana tanggung jawab dan manfaat pertanian modern?

1.2.3 Bagaimana prospek dan berkelanjutan pertanian modern?

1.2.4 Bagaimana perspektif Islam tentang konsep dan praktek pertanian?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui konsep dan praktek pertanian modern.

1.3.2 Untuk mengetahui tanggung jawab dan manfaat pertanian modern.

1.3.3 Untuk mengetahui prospek dan berkelanjutan pertanian modern.

1.3.4 Untuk mengetahui perspektif Islam tentang konsep dan praktek pertanian.

BAB II

PERTANIAN MODERN

2.1 Konsep dan Praktek Pertanian Modern

Bisa dikatakan saat ini pertanian konvensional lebih banyak dilakukan di negara-negara berkembang, sedangkan pertanian modern banyak dilakukan di negara-negara yang sudah maju. Perbedaan sistem pertanian ini berpengaruh terhadap produktivitas hasilnya. Produktivitas untuk pertanian konvensional dan pertanian modern berbeda karena input yang digunakan untuk pertaniannya berbeda pula. Salah satu perbedaan input bisa dilihat dari sudut alat mesin pertaniannya, pada pertanian konvensional alat-alat yang digunakan masih sederhana misal cangkul, sabit, kerbau untuk membajak, tenaga manusia untuk menanam dan memanen serta untuk pengolahan pasca panennya. Sedangkan dalam pertanian modern, yang digunakan sudah modern misalnya untuk menanam maupun memanen sudah menggunakan mesin yang canggih.

Selain alat dan mesin pertaniannya. Perbedaan input juga dapat dilihat dari konsep pertanian yang dijalankan. Pada pertanian modern juga identik dengan konsep pertanian organik dan berkelanjutan. Pertanian modern mencakup berbagai inovasi dan praktik yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan keberlanjutan dalam sektor pertanian. Beberapa teknologi pertanian modern melibatkan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi untuk memperbaiki berbagai aspek pertanian. Berikut adalah beberapa konsep dan praktek pertanian modern :

1. Sensor dan Pemantauan Pertanian

• Sensor Tanah; digunakan untuk mengukur kelembaban tanah, suhu, dan kandungan nutrisi, memungkinkan petani untuk mengoptimalkan penggunaan air dan pupuk.

• Sensor Cuaca; memberikan informasi tentang kondisi cuaca lokal, memungkinkan petani untuk merencanakan kegiatan pertanian dengan lebih baik.

2. Pertanian Presisi

• Traktor dan Peralatan Otomatis; traktor dan peralatan pertanian yang dilengkapi dengan teknologi GPS dan sistem otomatisasi untuk membantu dalam penanaman, penyemprotan pestisida, dan panen dengan presisi tinggi.

• Drones; digunakan untuk pemantauan lahan pertanian, pemetaan tanaman, dan mendeteksi masalah seperti penyakit atau hama.

3. Pemetaan Tanah Digital (GIS)

• Sistem Informasi Geografis (GIS); memetakan dan menganalisis data berbasis lokasi untuk membantu petani memahami lebih baik kondisi tanah, topografi, dan kebutuhan tanaman.

4. Hidroponik dan Aeroponik

• Hidroponik; metode pertanian tanpa tanah yang menggunakan larutan nutrisi air untuk menyediakan nutrisi kepada tanaman.

• Aeroponik; metode pertanian tanpa tanah yang menggunakan semprotan udara untuk menyediakan nutrisi kepada tanaman.

5. Genetika dan Pemuliaan Tanaman

• Pemuliaan Molekuler; penggunaan teknologi DNA rekombinan untuk mengidentifikasi dan mentransfer sifat-sifat genetik tertentu pada tanaman.

• Tanaman Transgenik; tanaman yang dimodifikasi secara genetik untuk menunjukkan sifat-sifat tertentu, seperti resistensi terhadap hama atau ketahanan terhadap kondisi lingkungan tertentu.

6. Aplikasi Mobile dan Teknologi Cloud

• Aplikasi Pertanian; aplikasi mobile yang membantu petani memantau dan mengelola kegiatan pertanian, termasuk perencanaan tanam, manajemen pupuk, dan pemantauan pertanian.

• Teknologi Cloud; penyimpanan dan analisis data pertanian di cloud untuk mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik.

7. Teknologi Pemrosesan dan Penyimpanan Produk Pertanian

• Sistem Pemrosesan; mesin dan peralatan modern untuk pemrosesan cepat dan efisien produk pertanian.

• Penyimpanan Dingin; sistem penyimpanan dingin dan teknologi pengemasan untuk memperpanjang masa simpan produk pertanian.

2.2 Tanggung Jawab dan Manfaat Pertanian Modern

Kebutuhan pangan pada negara tidak bisa dilepaskan, manusia ketergantungan makan, sehingga jika ketersediaan pangan tidak ada maka masyarakat kelaparan. Pertanian modern tentu bisa secara cepat mengatasinya, contohnya lahan yang sempit bisa menghasilkan yang berlimpah dengan waktu yang tergolong cepat.

Yang disebut pertanian modern :

1. Pertanian modern menjadikan hal yang mungkin menjadi mungkin.

2. Pertanian modern menciptakan kemudahan.

3. Pertanian modern menghasilkan yang berlipat.

4. Pertanian modern menghemat waktu.

5. Pertanian modern memberikan dampak yang positif dan inovatif.

Pertanian modern sangat berkaitan sekali dengan waktu kerja, seperti halnya perkantoran budidaya juga menggunakan waktu yang ditentukan. Salah satu konsep yang muncul sebagai solusi untuk menghadapi tantangan dalam pertanian modern adalah “pertanian tepat waktu.” Pertanian tepat waktu adalah pendekatan dalam pertanian yang didasarkan pada konsep pengambilan keputusan berdasarkan informasi waktu nyata dan penggunaan sumber daya secara efisien. Pertanian ini memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, termasuk sistem pemantauan cuaca, sensor pertanian, dan perangkat lunak manajemen pertanian, untuk memastikan bahwa tindakan pertanian diambil pada waktu yang tepat dan sesuai dengan kondisi saat itu.

Ini adalah beberapa manfaat yang akan didapatkan dari penerapan pertanian tepat waktu. Berikut adalah beberapa aspek kunci dari keberhasilan pertanian tepat waktu, ini poin-poin penting yang harus diperhatikan.

1. Penanaman: Menanam tanaman pada waktu yang tepat, berdasarkan faktor-faktor seperti cuaca, suhu tanah, dan siklus pertumbuhan tanaman.

2. Irigasi: Memberikan air kepada tanaman saat dibutuhkan dan menghindari pemborosan air.

3. Pemupukan: Memberikan nutrisi yang tepat kepada tanaman pada waktu yang tepat, sesuai dengan tahap pertumbuhannya.

4. Pengendalian Hama dan Penyakit: Melakukan tindakan pencegahan dan penanganan penyakit dan hama pada tanaman pada tahap yang sesuai.

5. Panen: Melakukan panen saat tanaman mencapai kematangan optimal.

6. Penggunaan Sumber Daya: Menggunakan sumber daya seperti pupuk, pestisida, dan air dengan efisien untuk mengurangi biaya dan dampak lingkungan.

2.2.1 Manfaat Pertanian Tepat Waktu

1. Peningkatan Produktivitas

Salah satu manfaat utama dari pertanian tepat waktu adalah peningkatan produktivitas. Dengan menanam, merawat, dan memanen tanaman pada waktu yang tepat, petani dapat mengoptimalkan hasil panen mereka. Hal ini berarti lebih banyak produksi makanan dengan biaya yang lebih rendah, yang pada akhirnya dapat mengurangi harga makanan bagi konsumen.

2. Pengurangan Risiko

Pertanian selalu terkait dengan risiko cuaca dan gangguan lingkungan lainnya. Dengan adopsi pertanian tepat waktu, petani dapat mengurangi risiko yang terkait dengan kegagalan panen karena faktor-faktor eksternal. Mereka dapat mengantisipasi perubahan cuaca dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi tanaman mereka.

3. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya

Pertanian tepat waktu membantu dalam penggunaan yang lebih efisien dari sumber daya seperti air, pupuk, dan energi. Dengan memantau kondisi tanah dan tanaman secara real-time, petani dapat memberikan sumber daya hanya pada saat yang diperlukan. Ini mengurangi pemborosan sumber daya dan dampak negatif terhadap lingkungan.

4. Kualitas Produk yang Lebih Baik

Tanaman yang dikelola dengan baik pada waktu yang tepat cenderung memiliki kualitas yang lebih baik. Ini berarti produk pertanian yang lebih segar, lebih bermutu, dan lebih tahan lama, yang meningkatkan nilai jualnya.

5. Keberlanjutan Lingkungan

Pertanian tepat waktu juga berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan. Dengan mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan, serta menghindari pemborosan air, pertanian ini membantu melestarikan lingkungan dan meminimalkan dampak negatif terhadap ekosistem.

2.3 Dampak dan Prospek Pertanian Modern

  Ini adalah beberapa dampak yang bisa didapatkan jika menerapkan pertanian modern :

1. Peningkatan Produktivitas

Salah satu peluang terbesar yang dapat diperoleh melalui penerapan pertanian tepat waktu adalah peningkatan produktivitas. Dengan mengidentifikasi dan memanfaatkan kondisi optimal untuk berbagai kegiatan pertanian, petani dapat memaksimalkan hasil panen mereka. Misalnya, menanam tanaman pada waktu yang tepat dan memberikan pemupukan yang sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman dapat menghasilkan hasil yang lebih melimpah.

2. Pengurangan Kerugian Akibat Cuaca Ekstrem

Ketidakpastian cuaca sering kali menjadi tantangan utama bagi petani. Namun, dengan penerapan pertanian tepat waktu, petani dapat mengurangi risiko kerugian akibat cuaca ekstrem. Mereka dapat memantau perkiraan cuaca dan mengambil tindakan pencegahan atau mitigasi jika kondisi ekstrem diperkirakan terjadi. Ini membantu menjaga stabilitas hasil panen dan pendapatan petani.

3. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya

Penerapan pertanian tepat waktu juga membuka peluang untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya pertanian. Dengan menyesuaikan waktu penanaman dan pemupukan, petani dapat menghindari penggunaan berlebihan pupuk atau pestisida, yang tidak hanya mengurangi biaya produksi tetapi juga mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

4. Akses ke Pasar yang Lebih Luas

Hasil panen yang lebih berkualitas dan konsisten dari penerapan pertanian tepat waktu dapat membuka pintu ke pasar yang lebih luas. Produk pertanian yang memenuhi standar kualitas tinggi sering kali dicari oleh pasar lokal maupun internasional. Ini memberikan peluang bagi petani untuk memperluas jangkauan pasar mereka dan meningkatkan pendapatan.

5. Peningkatan Kesejahteraan Petani

Dengan memaksimalkan hasil panen dan mengurangi biaya produksi, penerapan pertanian tepat waktu dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi petani. Hal ini dapat mengarah pada peningkatan taraf hidup, akses terhadap pendidikan dan perawatan kesehatan yang lebih baik, serta investasi dalam pengembangan pertanian yang berkelanjutan

BAB III

PERSPEKTIF ISLAM

Pertanian ialah sebagai kegiatan memelihara tanaman dan ternak pada sebuah bidang tanah, tanpa menyebabkan tanah itu rusak untuk produksi selanjutnya. Disamping itu juga dalam pertanian tidak terlepas dari tanaman yang ditanam oleh manusia akan tetapi pertumbuhan tidak terlepas dari campur tangan Allah SWT, Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, banyak cara yang dapat digunakan, salah satunya adalah dengan memahami al-Qur’an secara utuh. Sebab al-Qur’an adalah kitab petunjuk bagi manusia dalam segala hal, yang dijamin keotentikannya. Memang al-Qur’an bukan kitab ilmu pengetahuan, melainkan kitab keagamaan. Meskipun demikian, tidak bisa dinafikan di dalamnya terkandung banyak isyarat kealaman. Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang membahas tentang sains termasuk tentang pertanian yang jumlahnya yang sangat banyak.

Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Secara lafaz (lisan), makna serta gaya bahasa (uslub)-nya, yang termaktub dalam, mushaf yang dinukil darinya secara mutawatir. Al-Qur’an memuat dan menerangkan tujuan puncak umat manusia dengan buktibukti yang kuat dan sempurna (Rabani, n.d.). Tujuan tersebut akan dapat dicapai dengan pandangan realistik terhadap alam, serta dengan melaksanakan pokok-pokok akhlak dan hukum perbuatan (Muhamad Wildan Fawa’id & Nur Huda, 2020). Al-Qur’an menggambarkan tujuan ini secara sempurna (Aji, 2019);(Yuli Hauliatin Nahdlah, 2021). Al-Qur’an sebagai kitab wahyu dari Tuhan semestinya menjadi kitab panduan bagi manusia untuk mencapai tujuan hidupnya yang tidak terlepas dari hubungan baiknya dengan tuhan sebagai pencipta maupun hubungan baiknya dengan sesama makhluk, baik aqidah, syari’ah maupun akhlak (Anam, 2021);(Muna et al., 2021)

3.1 Urgensi Pertanian Menurut al-Qur’an dan Hadits

Bercocok tanam atau bertani menjadi pekerjaan yang mulia menurut al-Qur’an dan Hadits Nabi saw. Para ulama menetapkan mengelola pertanian merupakan fardhu kifaya yaitu. Sekelompok masyarakat harus ada yang betul-betul consern terhadap pertanian baik yang ditugaskan pemerintah secara langsung atau dipegang oleh kelempok masyarakat agar ketersediaan pangan dapat dikendalikan secara berkesinambungan .1 Untuk melihat urgensi pertanian menurut al-Qur’an dan Hadits dapat dilihat pada beberapa ayat dan hadits yang berhubungan dengan pertanian.

Ayat al-Qur’an tentang Pertanian. Ada banyak ayat yang bersinggungan dengan pertanian seperti al-Baqarah : 265, alRa’du: 4, al-Kahfi: 32-34, yasin: 33-35, al-An’am: 141. Untuk melihat persinggungan tersebut dapat dilihat pada penjelasan berikut:a. Surat al-Anbiya ayat 30 menjelaskan bahwa langit dan bumi pada awalnya padu, kemudian dipisahkan dan segala sesuatu makhluk hidup diciptakan dan hidup dari air. Pernyataan Allah swt bumi itu di pisahkan secara terbuka artinya perjadinya pemisahan bumi dengan pelanet-pelanet lain merkurius, penus, mars, jupiter, saturnus, uranus, neptunus, dan pluto, serta pelanet-pelanet lainnya di bima sakti, galaksi lainnya memberikan pasilitas kepada setiap makhluk untuk hidup sesuai dengan lingkungan alam sekitarnya. Bumi dan kekhasannya setelah terpisah dengan pelanet lainnya berproses penciptaan makhluk dan tumbuhan lainnya, diciptakan dari air dan meiliki ketergantungan besar terhadap air. Air hujan sebagai sumber kehidupan telah menciptakan kesinambungan hidup bagi tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia. Keberadaan tumbuh-tumbuhan dan hewan menjadi penting bagi kehiudpan manusia. Tumbuh-tumbuhan berfungsi menambah nutrisi bagi manusia. Kebutuhan terhadap nutrisi seperti maknan pokok beras, gandum, jagung, buah-buahan dapat dipenuhi dengan baik dengan pertanian. Kebutuhan manusia terhadap makanan pokok serta buah-buahan, sayur mayur, dan kebutuhan nabati lainnya dapat terpenuhi secara terusmenerus dengan cara melestarikan pertanian.

3.2 Pengelolaan Pertanian Menurut Ibnu Awwam dalam Kitab al-Filaha

  Ibn AI-Awwam memberikan banyak kontribusi di bidang pertanian dan ia juga penulis risalah terkenal tentang pertanian yang berjudul Kitab Al-Filaha, yang mana dianggap sebagai karya Muslim yang paling penting serta karya di abad pertengahan yang paling penting tentang masalah ini. Ibn AI-Awwam merevolusi bidang pertanian selama era peradaban Islam karena untuk hampir setiap peradaban, pertanian selalu menjadi kegiatan utama karena menyediakan makanan dan berbagai herbal untuk keperluan pengobatan bagi masyarakat. Kegiatan pertanian dimulai ketika orang mencoba memahami pengetahuan tentang tanaman dan penggunaannya dan ilmu botani pada saat itu sebagian besar dipelajari dalam kaitannya dengan penggunaan tanaman dalam obat-obatan dan makanan.

Melalui karyanya, ia menggambarkan bagaimana dirinya betul-betul menguasai bidang yang digeluti. Ia menghasilkan karya yang luar biasa dalam bidang pertanian dan peternakan. Judulnya kitab al-Filaha atau buku tentang pertanian. Ini adalah salah satu literatur bidang pertanian yang begitu penting di dunia Islam. Secara keseluruhan, buku ini terdiri dari 34 bab. Sebanyak 30 bab menjelaskan pertanian dan 4 bab terakhir menjelaskan tentang peternakan. Didalam buku ini juga diterangkan kurang lebih 585 jenis tanaman dan cara penananam 50 jenis pohon buah.

Pada bagian pertama, Ibnu al-Awwam menjelaskan secara sistematis bagaimana memilih tanah yang akan dijadikan lahan pertanian. Ia memperkirakan kesuburan tanah. Penyiapan lahan pertanian juga mencakup ketersediaan sumber air. Maka itu, ia menaruh perhatian besar pada bidang hidrologi sebagai bagian integral dari sektor pertanian. Masuk lebih detil lagi tentang tanah, diuraikan pula tanda-tanda tanah yang sehat, yang rusak, cara mengetahui kwalitas tanah dan cara mengetahuinya dengan cepat. Bagaimana tanah bisa disuburkan dengan penyubur tanah/fertilizer (yang dimaksud penyubur tanah selalu alami karena saat itu belum ada pupuk kimia). Macam-macam jenis tanah dan cara penangannya. Cara mengetahui ketersediaan air tanah dan cara mengetahui kedekatan dengan sumber air.

Cara mempersiapkan dan memperbaiki kwalitas tanah dengan kotoran ternak, cara membuat penyubur tanah, manfaat dari kotoran ternak sepanjang masa, cara penggunaan penyubur tanah, cara memperbaiki tanah yang rusak, memahami jenis-jenis dan sumber penyubur tanah.

Memahami jenis-jenis air dan kwalitasnya, jenis air yang cocok untuk masing-masing jenis tanaman, dan sumber-sumber air. Cara untuk mengetahui keberadaan air di dekat permukaan tanah, cara membuat sumur untuk keperluan pekarangan rumah maupun kebun atau tanah pertanian, dan cara membuat dan mengelola level/kemiringan tanah untuk keperluan pengairan.

Teknik pengaturan kebun, penanaman pohon di tanah kering dan pemberian irigasi, cara perawatan pohon, dahan dan tunas. Teknik penanaman segala macam buah-buahan anggur, orange, lemon, tin dan buah-buahan lainnya. Cara pemangkasan cabang dan pemilihannya, juga pemangkasan pucuk dan pemilihannya.

Teknik pembibitan/penyemaian, penggandaan tanaman, pembenihan dari biji, transpalntasi/pencangkokan dan pengaturan tanah/media dan jarak pembibitan, penanganan bibit tanaman dan hal-hal yang perlu diperhatikan dari bibit setiap jenis tanaman.

Pengenalan kondisi udara, angin dan musim tanam, setiap petani mutlak perlu tahu tentang tanaman apa dan kapan ditanam. Pengenalan musim yang utamanya menyangkut suhu dan angin serta pemilihan tanaman-tanaman yang sesuai untuk masing-masing musim dan untuk daerah-daerah tertentu.

Selanjutnya ia membahas detail kondisi (tanah, air, angin, suhu, musim dlsb) yang sesuai untuk masing-masing jenis tanaman seperti zaitun, delima, carob, almond, cherry, chestnut, walnut, tin, bunga mawar, jasmine, jeruk, orange, lemon, apple, peach, plum, kurma, anggur, kayu manis, sampai tebu dlsb.

Ia juga mengumpulkan berbagai teknik pencangkokan tanaman dari Romawi, dari Persia, Yunani dan perbagai jenis teknik cangkok untuk segala macam buah-buahan sebagai tambahan referensi. Selanjutnya dibahas pula tahapan pertumbuhan tanaman, kebutuhan masing-masing tanaman pada masing-masing tahapan pertumbuhan dan waktu yang terkait masing-masing tahapan pertumbuhan, jumlah/jarak tanam yang sesuai, penyuburan tanaman, waktu penyuburan, jenis dan jumlah penyubur tanaman serta pemeliharaan tanaman.

Tahapan pembuahan tanaman juga dibahas secara khusus dan detail, termasuk cara memperbaiki kwantitas dan kwalitas buah, perlunya kecintaandalam perawatannya, cara-cara penyuburan dan pengairan/penyiraman di masa pembuahan. Dampak penyuburan terhadap jumlah dan rasa buah dengan ijin Allah, serta hasil buah yang sebanding dengan kecintaan dan keseriusan kita dalam perawatannya. Dibahas pula dengan detil perawatan dan penyembuhan tanaman-tanaman yang sakit, penanganan tanaman buah yang belum maksimal hasilnya juga cara peningkatan kwalitas rasa dan baukesegaran buah (aroma buah).

Jilid Pertama ditutup dengan penjelasan tentang penanganan pasca panen untuk buah, biji-bijian, dan kacang-kacangan. Secara keseluruhan Kitab Al-Filaha mengungkap sekitar 585 jenis tanaman, sekitar 1/10-nya adalah tanaman buah-buahan yang dibahas secara khusus dan detil.

Bagian kedua Kitab al-Filaha berbicara mengenai peternakan. Pembahasannya meliputi perawatan ternak, seperti domba, unta, unggas, bagaimana mencegah penyebaran bibit penyakit, dan masih banyak lagi. Tak hanya itu, Ibn al-Awwam memberikan penjelasan cara menyembuhkan ternak yang sakit. Terdapat bab khusus tentang kuda. Pada bab ini, Ibnu al-Awwam menjelaskan perawatan dan beternak kuda. Cara menunggang kuda dengan membawa atau tanpa senjata tertulis dalam Kitab al-Filaha. Peternakan lebah untuk diambil madunya mendapatkan porsi pula di dalam buku yang ditulisnya. Maka dapat dikatakan bahwa kitab al-Filaha ini merupakan kitab yang paling komprehensif yang pernah dibuat oleh ulama muslim pada abad pertengahan.

BAB IV

KESIMPULAN

Sistem pertanian dalam persepektif al-Qur’an Setiap makhluk hidup yang diciptakan Allah akan memperlihatkan ciri-ciri kehidupan. Makhluk hidup yang meliputi manusia, hewan (fauna), dan tumbuhan (flora). Secara umum mempunyai ciri-ciri yang sama. Pada makhluk hidup yang ber sel banyak, ciri kehidupannya tampak nyata, yaitu antara lain melakukan respirasi, membutuhkan zat makanan, tumbuh dan berkembang biak, peka terhadap rangsangan dari luar, adanya proses fisiologis dalam tubuhnya, berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Namun demikian dalam mekanismenya atau proses fisiologis dalam tubuhnya dapat terjadi perbedaan antara makhluk hidup yang satu dengan lainnya.

Pertanian Dalam bahasa latin, pertanian disebut dengan Agricultura. Agri berarti lapangan, tanah, ladang. Sedangkan cultura berarti mengamati, memelihara atau membajak. Dengan demikian pertanian sebagai kegiatan memelihara tanaman dan ternak pada sebuah bidang tanah, tanpa menyebabkan tanah itu rusak untuk produksi selanjutnya sebagai suatu usaha yang khusus mengkombinasikan sumber-sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam menghasilkan hasil pertanian. Pertanian Alami yang dimaksud adalah semua konsep pertanian yang ramah lingkungan. Baik yang terkenal dengan istilah pertanian terpadu, pertanian organik, pertanian berkelanjutan maupun pertanian selaras alam. Karena kesamaan tujuan dari kesemua istilah tersebut yaitu kelestarian dan kualitas, baik produk pertanian, kesuburan tanah/lahan, air, udara (lingkungan), dan petani (manusia) itu sendiri, karena makanan maupun minuman yang dihasilkannya tidak membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. Proses pertumbuhan merupakan hal yang mencirikan suatu perkembangan bagi makhluk hidup; baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Makhluk hidup dapat tumbuh menjadi besar karena sel-selnya bertambah banyak dan bertambah besar. Pertumbuhan pada makhluk hidup akan berlangsung baik, bila mendapat cukup makanan. Makhluk hidup mempunyai cara berkembang biak yang berbeda-beda, namun secara umum dapat dikatakan bahwa ada dua cara perkembang biakan makhluk hidup, yaitu secara generatif (seksual) dan vegetatif (aseksual).


DAFTAR PUSTAKA

Aji, M. (2019). Ketentuan pembatasan kepemilik atas tanah pertanian di Indonesia perspektif hukum Islam. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. http://etheses.uinmalang.ac.id/id/eprint/14935. Diakses pada 25 Juli 2024.

Anam, R. K. (2021). Interpretasi Ayat Al-Qur’an tentang Pertanian (Studi Pemahaman Dosen Universitas Islam Negeri Antasari dan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin). http://idr.uin-antasari.ac.id/id/eprint/17841. Diakses pada 25 Juli 2024.

Corteva Agriscience. 2019. Dinamika Pertanian Konvensional dan Pertanian Modern. https://www.corteva.id/berita/Dinamika-Pertanian-Konvensional-dan-Pertanian-Modern.html. Diakses pada 26 Juli 2024.

Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Demak. 2021. Pertanian Modern Yang Baik. https://dinpertanpangan.demakkab.go.id/ Diakses pada 26 Juli 2024.

Khuluq, Vindi Husnul., Syamsuri., Setiawan. 2020. Perkembangan Pertanian Dalam Peradaban Islam: Sebuah Telaah Historis Kitab Al Filaha Ibnu Awwam. Tamaddun: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam, Vol. 8 Issue 1. https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/tamaddun/article/view/6076/pdf_4. Diakses pada 26 Juli 2024.

Muhamad Wildan Fawa’id, & Nur Huda. (2020). Praktik Sewa Lahan Pertanian di Masyarakat Perspektif Hukum Ekonomi Islam. El-Faqih : Jurnal Pemikiran Dan Hukum Islam, 6(1), 36–48. https://doi.org/10.29062/faqih.v6i1.101. Diakses pada 25 Juli 2024.

Mulyadi, Hendri. 2020. Pertanian Modern Dalam Perspektif Al-Qur’an. Universitas Negeri Islam Sultan Syarif Kasim Riau. https://repository.uin-suska.ac.id. Diakses pada 26 Juli 2024.

Muna, N., Fuad, Z., & Fitri, C. D. (2021). Analisis Praktik Zakat Pertanian Pada Petani Desa Mesjid Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie. EKOBIS SYARIAH, 3(2), 11–17.

Nurmala, Tati., dkk. 2012. Pengantar Ilmu Pertanian. Yokyakarta: Graha Ilmu.

Sari, Mayang. 2023. Pertanian Tepat Waktu: Manfaat dan Tantangan dalam Pertanian Modern. Mertani. https://www.mertani.co.id/id/post/pertanian-tepat-waktu-manfaat-dan-tantangan-dalam-pertanian-modern. Diakses pada 26 Juli 2024.

Yuli Hauliatin Nahdlah. (2021). Implementasi Zakat Hasil Pertanian Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Di Desa Anjani Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur). Al-Watsiqah : Jurnal Hukum Ekonomi Syari’ah, 12(01), 37–43. https://doi.org/10.51806/al-watsiqah.v12i01.5. Diakses pada 25 Juli 2024.


Download filenya disini>>