Makalah : Budidaya Tanaman Kedelai

 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau lainnya. Indonesia merupakan negara produsen kedelai ke enam terbesar di dunia, setelah Amerika Serikat, Brazil, Argentina, Cina dan India. Walaupun demikian, produksi kedelai domestik tidak mampu mencukupi kebutuhan kedelai nasional yang dari tahun ke tahun terus meningkat dan untuk mencukupinya sangat tergantung dari impor kedelai yang cukup menguras devisa negara.

Kedelai (Glycine max L. Mer) merupakan salah satu komoditi pangan dari famili leguminoseae yang dibutuhkan dalam pelengkap gizi makanan. Kedelai memiliki kandungan gizi tinggi yang berperan untuk membentuk sel-sel tubuh dan menjaga kondisi sel-sel tersebut. Kedelai mengandung protein 75-80% dan lemak mencapai 16-20 serta beberapa asam-asam kasein (Adisarwanto, 2005). Tanaman kedelai (Glycine max) ini telah lama diusahakan di Indonesia khususnya Pulau Jawa dan Bali, kedelai sudah lama ditanam sejak tahun 1758. Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun makin meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk. Kenaikan konsumsi ini tidak dapat dikejar oleh produksi dalam negeri sehingga masih ditutup dengan impor. Pada tahun 2011 konsumsi kedelai dalam negeri tercatat 14,31 juta ton. Sedangkan produksi hanya mencapai 1,5 juta ton (Badan Pusat Statistik, 2015).

Kedelai adalah salah satu komoditi pangan utama setelah padi dan jagung. Kedelai merupakan bahan pangan yang mengandung protein nabati yang sangat tinggi nilai gizinya, mengandung zat anti oksidan yang tinggi sehingga sangat bermanfaat bagi kesehatan dan banyak dikonsumsi oleh penduduk Indonesia. Konsumsi penduduk Indonesia terhadap kedelai berupa hasil olahan (seperti tempe, tahu, kecap, tauco, susu kedelai, oncom, yogurt, mentega, minyak, keripik), dan bahan baku pakan ternak.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana teknik Penyiapan Benih?

1.2.2 Bagaimana Pengolahan Media Tanam?

1.2.3 Bagaimana Pemeliharaan Tanam?

1.2.4 Bagaimana mengendalikan Hama Dan Penyakit?

1.2.5 Bagaimana proses Panen?

1.2.6 Bagaimana proses Pasca Panen?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui teknik Penyiapan Benih.

1.3.2 Untuk mengetahui Pengolahan Media Tanam.

1.3.3 Untuk mengetahui Pemeliharaan Tanam.

1.3.4 Untuk mengetahui mengendalikan Hama Dan Penyakit.

1.3.5 Untuk mengetahui proses Panen.

1.3.6 Untuk mengetahui proses Pasca Panen.

BAB II

PEMBAHASAN

Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan yang penting bagi penduduk Indonesia sebagai sumber protein nabati, bahan baku industri, pakan ternak dan bahan baku industri pangan. Protein yang tinggi pada kedelai berperan penting dalam kebutuhan gizi masyarakat Indonesia (Budiarti dan Hadi, 2006). Kedelai merupakan tanaman sumber protein yang murah, sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Kebutuhan terhadap kedelai semakin meningkat dari tahun ketahun sejalan dengan bertambahnya penduduk dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap makanan berprotein nabati. Kedelai merupakan tanaman legum yang kaya protein nabati, karbohidrat dan lemak. Biji kedelai juga mengandung fosfor, besi, kalsium, vitamin B dengan komposisi asam amino lengkap, sehingga potensial untuk pertumbuhan tubuh manusia (Pringgohandoko dan Padmini, 1999).

Permintaan Kedelai (Glycine max L. Merr.) setiap tahun terus mengalami peningkatan. Komoditas kedelai memegang peranan penting dalam ekonomi rumah tangga petani, konsumsi pangan, kebutuhan dan perdagangan pangan nasional. Beberapa tahun terakhir ini produksi kedelai nasional terus mengalami fluktuasi. Produksi kedelai pada tahun 2006 mengalami penurunan menjadi 747 611 ton, bahkan sempat mengalami penurunan drastis menjadi 592 534 ton pada tahun 2007. Produksi kedelai mulai mengalami peningkatan kembali menjadi 775 710 ton pada tahun 2008 dan 974 512 ton pada tahun 2009. Sedangkan kurun waktu 2013 – 2015, produksi kedelai terus mengalami peningkatan yaitu 779 992 ton, 954 997, dan 963 183 ton (BPS, 2018).

2.1 Penyiapan Benih

Pada tanah yang sudah sering ditanam dengan kedelai atau kacang-kacangan lain, berarti sudah mengandung bakteri tersebut. Bakteri ini akan hidup di dalam bintil akar dan bermanfaat sebagai pengikat unsur N dari udara. Sebanyak 5-10 gram legin dibasahi dengan air sekitar 10 cc; selain itu, yang perlu diperhatikan dalam hal memilih benih yang baik adalah: kondisi dan lama penyimpanan benih tersebut. Biji kedelai mudah menurun daya kecambah/daya tumbuhnya (terutama bila kadar air dalam biji ≥ 13% dan disimpan di ruangan bersuhu ≥ 25 derajat C, dengan kelembaban nisbi ruang ≥ 80%.

2.2 Pengolahan Media Tanam

2.2.1 Persiapaan

Persiapan tanam pada tanah tegalan atau sawah tadah hujan sebaiknya dilakukan 2 kali pencangkulan. Pertama dibiarkan bongkahan terangin-angin 5-7 hari, pencangkulan ke 2 sekaligus meratakan, memupuk, menggemburkan dan membersihkan tanah dari sisa-sia akar. Jarak antara waktu pengolahan tanah dengan waktu penanaman sekitar 3 minggu.

2.2.2 Pembentukan Bedengan

Pembuatan bedengan dapat dilakukan dengan pencangkulan ataupun denga bajak lebar 50-60 cm, tinggi 20 cm. Apabila akan dibuat drainase, maka jarak antara drainase yang satu dengan lainnya sekitar 3-4 m. Namun pada praktikum kali ini mahsiswa tidak dibebabankan dalam pembuatan bedengan, bedengan sudah langsung jadi dan hanya langsung melakukan penanaman.

2.2.3 Waktu Tanam

Pemilihan waktu tanam kedelai ini harus tepat, agar tanaman yang masih muda tidak terkena banjir atau kekeringan. Karena umur kedelai menurut varietas yang dianjurkan berkisar antara 75-120 hari, maka sebaiknya kedelai ditanam menjelang akhir musim penghujan.

2.3 Pemeliharaan Tanaman

2.3.1 Penjarangan Dan Penyulaman

Kedelai mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari. Dalam kenyataannya tidak semua biji yang ditanam dapat tumbuh dengan baik, sehingga akan terlihat tidak seragam. Untuk menjaga agar produksi tetap baik, benih kedelai yang tidak tumbuh sebaiknya segera diganti dengan biji-biji yang baru yang telah dicampur Legin atau Nitrogen.

2.3.2 Penyiangan

Penyiangan ke-1 pada tanaman kedelai dilakukan pada umur 2-3 minggu. Penyiangan ke-2 dilakukan pada saat tanaman selesai berbunga, sekitar 6 minggu setelah tanam. Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke-2 (pemupukan lanjutan). Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mengikis gulma yang tumbuh dengan tangan atau kuret. Apabila lahannya luas, dapat juga dengan menggunakan herbisida. Sebaiknya digunakan herbisida seperti Lasso untuk gulma berdaun sempit dengan dosis 4 liter/ha.

2.3.3 Pembumbunan

Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang berbahaya.

2.3.4 Pemupukan

Dosis pupuk yang digunakan sangat tergantung pada jenis lahan dan kondis tanah. Pada tanah subur atau tanah bekas ditanami padi dengan dosis pupuk tinggi, pemupukan tidak diperlukan. Pada tanah yang kurang subur, pemupukan dapat menaikkan hasil. Dosis pupuk yang di anjurkan secara tepat adalah sebagai berikut:

a. Sawah kondisi tanah subur: pupuk Urea=50 kg/ha.

b. Sawah kondisi tanah subur sedang: pupuk Urea=50 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan KCl=100 kg/ha.

c. Sawah kondisi tanah subur rendah: pupuk Urea=100 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan KCl=100 kg/ha.

d. Lahan kering kondisi tanah kurang subur: pupuk kandang=2000-5000 kg/ha;

e. Urea=50-100 kg/ha, TSP=50-75 kg/ha dan KCl=50-75 kg/ha.

2.3.5 Pengairan Dan Penyiraman

Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Saat menjelang panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering. Kekurangan air pada masa pertumbuhan akan menyebabkan tanaman kerdil, bahkan dapat menyebabkan kematian apabila kekeringan telah melalui batas toleransinya. Kekeringan pada masa pembungaan dan pengisian polong dapat menyebabkan kegagalan panen.

Di lahan sawah irigasi, pemberian air di sawah bisa diatur. Namun bila tidak ada irigasi, penyediaan air hanya hanya dapat dilakukan dengan mengatur waktu tanamnya dan pemberian mulsa. Mulsa berupa jerami atau potongan-potongan tanaman lainnya yang dihamparkan pada permukaan tanah. Mulsa ini akan mencegah penguapan air secara berlebihan. Apabila ada irigasi dan tidak ada hujan selama lebih dari 7 hari, tanah harus diairi.

Caranya tanaman digenangi air selama 30-60 menit. Pengairan seperti ini diulangi setiap 7-10 hari. Pengairan tidak dilakukan lagi apabila polong telah terisi penuh. Pada tanah yang keras (drainase buruk) kelebihan air akan meyebabkan akar membusuk. Di tanah berdrainase buruk harus dibuat saluran drainase di setiap 3-4 meter lahan memanjang sejajar dengan barisan tanam. Hal ini terutama dilakukan pada saat musim hujan.

2.3.6 Waktu Penyemprotan Pestisida

Penyemprotan pestisida dilakukan pada waktu yang berbeda-beda tergantung jenis hama dan pola penyerangannya.

a. Lalat bibit, diberi insektisida Marshal 200 EC, dicampur dengan benih,dilakukan sebelum benih ditanam.

b. Ulat prodenia dilakukan penyemprotan dengan insektisida Azodrin 15 WSC, Huslation 40 EC, Thiodon 35 EC dan Barudin 60 EC sebanyak 2 kali seminggu setelah ditemukan telur.

c. Wereng kedelai atau kumbang daun, disemprot dengan insektisida Surecide 25 EC, Kharpos 50 EC, Hosthathion 40 EC, Azodrin 15 WSC, Sevin 85 SP atau Tamaron pada tanaman setelah berumur di atas 20 hari.

d. Kepik coklat disemprot dengan Azodrin 15 WSC, Diazinois 60 EC dan Dusban 20 EC atau Bayrusil setiap 1-2 minggu, setelah tanam 50 hari.

e. Ulat penggerek polong, disemprot dengan insektisida Agrothion 50 EC, Dursban 20 EC, Azodrin 115 WSC, Thiodan 35 EC pada waktu pembentukan polong.

2.4 Hama dan Penyakit

2.4.1 Hama

a. Aphis SPP (Aphis Glycine)

Kutu dewasa ukuran kecil 1-1,5 mm berwarna hitam, ada yang bersayap dan tidak. Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan polong.

Gejala : layu, pertumbuhannya terhambat.

Pengendalian : menanam kedelai pada waktunya, mengolah tanah dengan baik, bersih, memenuhi syarat, tidak ditumbuhi tanaman inang seperti: terung-terungan, kapas-kapasan atau kacangkacangan; membuang bagian tanaman yang terserang hama dan membakarnya; menggunakan musuh alami (predator maupun parasit); penyemprotan insektisida dilakukan pada permukaan daun bagian atas dan bawah.

b. Ulat Polong (Etiela Zinchenella)

Ulat yang berasal dari kupu-kupu ini bertelur di bawah daun buah, setelah menetas, ulat masuk ke dalam buah sampai besar, memakan buah muda.

Gejala : pada buah terdapat lubang kecil. Waktu buah masih hijau, polong bagian luar berubah warna, di dalam polong terdapat ulat gemuk hijau dan kotorannya.

Pengendalian : kedelai ditanam tepat pada waktunya (setelah panen padi), sebelum ulat berkembang biak; penyemprotan obat Dursban 20 EC sampai 15 hari sebelum panen.

c. Kepala Polong (Riptortis Lincearis)

Gejala : polong bercak-bercak hitam dan menjadi hampa.

Pengendalian : penyemprotan Surecide 25 EC, Azodrin 15 WSC.

d. Lalat Kacang (Ophiomyia Phaseoli)

Menyerang tanaman muda yang baru tumbuh.

Pengendalian : Saat benihditanam, tanah diberi Furadan 36, kemudian setelah benih ditanam, tanah ditutup dengan jerami . Satu minggu setelah benih menjadi kecambah dilakukan penyemprotan dengan insektisida Azodrin 15 WSC, dengan dosis 2 cc/liter air, volume larutan 1000 liter/ha. Penyemprotan diulangi pada waktu kedelai berumur 1 bulan.

e. Kepik Hijau (Nezara Viridula)

Panjang 16 mm, telur di bawah permukaan daun, berkelompok. Setelah 6 hari telur menetas menjadi nimfa (kepik muda), yang berwarna hitam bintik putih. Pagi hari berada di atas daun, saat matahari bersinar turun ke polong, memakan polong dan bertelur. Umur kepik dari telur hingga dewasa antara 1 sampai 6 bulan.

Gejala : polong dan biji mengempis serta kering. Biji bagian dalam atau kulit polong berbintik coklat.

Pengendalian : Azodrin 15 WCS, Dursban 20 EC, Fomodol 50 EC.

f. Ulat Grayak (Prodenia Litura)

Serangan mendadak dan dalam jumlah besar, bermula dari kupu-kupu berwarna keabu-abuan, panjang 2 cm dan sayapnya 3-5 cm, bertelur di permukaan daun. Tiap kelompok telur terdiri dari 350 butir.

Gejala : kerusakan pada daun, ulat hidup bergerombol, memakan daun, dan berpencar mencari rumpun lain.

Pengendalian : (1) dengan cara sanitasi; (2) disemprotkan pada sore/malam hari(saat ulat menyerang tanaman) beberapa insektisida yang efektif seperti Dursban 20 EC, Azodrin 15 WSC dan Basudin 50 EC.

2.4.2 Penyakit

a. Penyakit Layu Bakteri (Pseudomonas solanacearum)

Penyakit ini menyerang pangkal batang. Penyerangan pada saat tanaman berumur 2-3 minggu. Penularan melalui tanah dan irigasi.

Gejala : layu mendadak bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam rapat.

Pengendalian : biji yang ditanam sebaiknya dari varietas yang tahan layu dan kebersihan sekitar tanaman dijaga, pergiliran tanaman dilakukan dengan tanaman yang bukan merupakan tanaman inang penyakit tersebut.

Pemberantasan : belum ada.

b. Penyakit Layu (Sclerotium Rolfsii)

Penyakit ini menyerang tanaman umur 2-3 minggu, saat udara lembab, dan tanaman berjarak tanam pendek.

Gejala : daun sedikit demi sedikit layu, menguning. Penularan melalui tanah dan irigasi.

Pengendalian : varietas yang ditanam sebaiknya yang tahan terhadap penyakit layu; menyemprotkan Dithane M 45, dengan dosis 2 gram/liter air

c. Penyakit Lapu (Witches Broom)

Penyakit ini menyerang polong menjelang berisi. Penularan melalui singgungan tanam karena jarak tanam terlalu dekat.

Gejala : bunga, buah dan daun mengecil.

Pengendalian : menyemprotkan Tetracycline atau Tokuthion 500 EC.

d. Virus Mosaik

Penyakit ini menyerang daun dan tunas. Penularan vektor penyebar virus ini adalah Aphis Glycine (sejenis kutu daun).

Gejala : perkembangan dan pertumbuhan lambat, tanaman menjadi kerdil.

Pengendalian : penanaman varietas yang tahan terhadap virus; menyemprotkan Tokuthion 500 EC.

2.5 Panen

2.5.1 Ciri dan Umur Panen

Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Panen yang terlambat akan merugikan, karena banyak buah yang sudah tua dan kering, sehingga kulit polong retak-retak atau pecah dan biji lepas berhamburan.

Disamping itu, buah akan gugur akibat tangkai buah mengering dan lepas dari cabangnya. Perlu diperhatikan umur kedelai yang akan dipanen yaitu sekitar 75-110 hari, tergantung pada varietas dan ketinggian tempat. Perlu diperhatikan, kedelai yang akan digunakan sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia 75-100 hari, sedangkan untuk dijadikan benih dipetik pada umur 100-110 hari, agar kemasakan biji betulbetul sempurna dan merata.

2.5.2 Cara Panen

Pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar hasilnya segera dapat dijemur.

a. Pemungutan dengan cara mencabut

Sebelum tanaman dicabut, keadaan tanah perlu diperhatikan terlebih dulu. Pada tanah ringan dan berpasir, proses pencabutan akan lebih mudah. Cara pencabutan yang benar ialah dengan memegang batang poko, tangan dalam posisi tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan harus dilakukan dengan hati-hati sebab kedelai yang sudah tua mudah sekali rontok bila tersentuh tangan.

b. Pemungutan dengan cara memotong

Alat yang biasanya digunakan untuk memotong adalah sabit yang cukup tajam, sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan goncangan. Di samping itu dengan alat pemotong yang tajam, pekerjaan bisa dilakukan dengan cepat dan jumlah buah yang rontok akibat goncangan bisa ditekan. Pemungutan dengan cara memotong bisa meningkatkan kesuburan tanah, karena akar dengan bintilbintilnya yang menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut, tapi tertinggal di dalam tanah.Pada tanah yang keras, pemungutan dengan cara mencabut sukar dilakukan,maka dengan memotong akan lebih cepat

2.5.3 Periode Panen

Mengingat kemasakan buah tidak serempak, dan untuk menjaga agar buah yang belum masak benar tidak ikut dipetik, pemetikan sebaiknya dilakukan secara bertahap, beberapa kali. Hasil panen sementara belum diketahui, dikarenakan waktu panen belum mencukupin, namun hasil panen di konfersikan dari satu hektar menjadi 6 meter persegi, dapat di hasilkan yaitu masing hasil panen komoditas kacang kedelai di indonsia rata rata 2 ton/hektar. Hasil yang di dapt ialah 1,2 kg/ 6 M/segi.

2.6 Pasca Panen

2.6.1 Pengumpulan dan Pengeringan

Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen hendaknya segera dijemur. Kedelai dikumpulkan kemudian dijemur di atas tikar, anyaman bambu, atau di lantai semen selama 3 hari. Sesudah kering sempurna dan merata, polong kedelai akan mudah pecah sehingga bijinya mudah dikeluarkan. Agar kedelai kering sempurna, pada saat penjemuran hendaknya dilakukan pembalikan berulang kali. Pembalikan juga menguntungkan karena dengan pembalikan banyak polong pecah dan banyak biji lepas dari polongnya. Sedangkan biji-biji masih terbungkus polong dengan mudah bisa dikeluarkan dari polong, asalkan polong sudah cukup kering.

Biji kedelai yang akan digunakan sebagai benih, dijemur secara terpisah. Biji tersebut sebenarnya telah dipilih dari tanaman-tanaman yang sehat dan dipanen tersendiri, kemudian dijemur sampai betul-betul kering dengan kadar air 10-15 %. Penjemuran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dari pukul 10.00 hingga 12.00 siang.

2.6.2 Penyortiran dan Penggolongan

Terdapat beberapa cara untuk memisahkan biji dari kulit polongan. Diantaranya dengan cara memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai secara langsung dengan kayu atau brangkasan kedelai sebelum dipukul-pukul dimasukkan ke dalam karung, atau dirontokkan dengan alat pemotong padi. Setelah biji terpisah, brangkasan disingkirkan.

Biji yang terpisah kemudian ditampi agar terpisah dari kotoran-kotoran lainnya. Biji yang luka dan keriput dipisahkan. Biji yang bersih ini selanjutnya dijemur kembali sampai kadar airnya 9-11 %. Biji yang sudah kering lalu dimasukkan ke dalam karung dan dipasarkan atau disimpan. Sebagai perkiraan dari batang dan daun basah hasil panen akan diperoleh biji kedelai sekitar 18,2 %.

2.6.3 Penyimpanan dan pengemasan

Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam jangka waktu cukup lama. Caranya kedelai disimpan di tempat kering dalam karung. Karung-karung kedelai ini ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar tidak langsung menyentuh tanah atau lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2-3 bulan sekali harus dijemur lagi sampai kadar airnya sekitar 9-11 %.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Saat ini tanaman kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang penting setelah beras disamping sebagai bahan pakan dan industri olahan. Karena hampir 90% digunakan sebagai bahan pangan maka ketersediaan kedelai menjadi faktor yang cukup penting (Anonimous, 2004c). Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting sebagai sumber protein nabati untuk peningkatan gizi dan mengatasi penyakit kurang gizi seperti busung lapar Perkembangan manfaat kedelai di samping sebagai sumber protein, makanan berbahan kedelai dapat dipakai juga sebagai penurun cholesterol darah yang dapat mencegah penyakit jantung.

Selain itu, kedelai dapat berfungsi sebagai antioksidan dan dapat mencegah penyakit kanker. Oleh karena itu, ke depan proyeksi kebutuhan kedelai akan meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat tentang makanan sehat. Hasil panen sementara belum diketahui, dikarenakan waktu panen belum mencukupin, namun hasil panen di konfersikan dari satu hektar menjadi 6 meter persegi, dapat di hasilkan yaitu masing hasil panen komoditas kacang kedelai di indonsia rata rata 2 ton/hektar. Hasil yang di dapt ialah 1,2 kg/ 6 M/segi.

3.2. Saran

Penulis menyadari bahwa pada makalah ini memiliki banyak kekurangan, sehingga untuk menambah wawasan pembaca disarankan agar menambah referensi dari sumber lain.

DAFTAR PUSTAKA

Ardi, Supriyono, & Afrianto, E. (2017). Perilaku Petani Dalam Budidaya Kedelai Di Kecamatan Tebo Ilir Kabupaten Tebo. Jurnal Agri Sains Vol, 1 No. 02 (2017). Diakses pada 18 Januari 2024, dari http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/JAS/index.

Fauzi, Ahmad R., & Puspitawati, Mutiara D. (2018). Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Varietas Burangrang Pada Lahan Kering. Jurnal Bioindustri Vol. 1. No. 1, November 2018. Diakses pada 18 Januari 2024, dari https://trilogi.ac.id/journal/ks/index.php/jbi/article/view/89.

Pusat Perpustakaan dan Literasi Pertanian. (2022). Budidaya Kedelai. Diakses pada 17 Januari 2024, dari https://pustaka.setjen.pertanian.go.id/index-berita/budidaya-kedelai.

Zakaria, Amar K. (2016). Kebijakan Pengembangan Budi Daya Kedelai Menuju Swasembada Melalui Partisipasi Petani. Analisis Kebijakan Pertanian, 8(3), 259-272. Diakses pada 18 Januari 2024, dari https://epublikasi.pertanian.go.id/berkala/akp/article/view/746.


Download filenya disini>>

0 comment:

Posting Komentar